Rabu, 11 Mei 2011

Impian 18 bulan lalu

kami bermain di Gua Jangkrik dan Gua Wayang

Catatan Perjalanan
Gua Jangkrik dan Gua Wayang
By: Belmesty Kamila GM-002-XX
Tanggal 8-10 April 2011, subdivisi caving pergi ke padalarang untuk mengunjungi gua jangkrik dan gua wayang. Orang-orang yang pergi hari pertama adalah Yoga, Onye, Usie, Yuda, Bowo, Bellys, Sojo, dan Andra. Muhsin dan Nurul menyusul datang hari kedua. Persiapan logistik selain makanan dipersiapkan dua hari sebelum berangkat (karena berebut dengan persiapan subdivisi gunung hutan yang hendak ke gunung gede-pangrango dan berebut dengan subdivisi RC yang hendak berlatih di maranata) sedangkan makanan dibeli tanggal 8 jam 12 siang. Saya dan Andra membeli makanan di pasar simpang. Berdasarkan menu yang sebelumnya sudah ditentukan, saya dan Andra menghabiskan Rp 173.700 namun belum membeli buah dan bakso yang seharusnya ada di menu.
Rencana berangkat ke padalarang jam delapan malam. Namun ada kendala yaitu: helm kurang sehingga Andra kembali ke kosan untuk mengambil helm cadangan, ayam tertinggal di rumah Bellys sehingga Bellys kembali ke rumah lagi, dan paravin kurang sehingga beli dulu di Alpina. Akhirnya, kami berangkat ke padalarang jam sembilan malam. Perjalanan ke padalarang terhambat karena ban motor Andra bocor dua kali hingga akhirnya ganti ban.
Selama perjalanan saya tertidur sehingga tidak terlalu mengetahui peristiwa-peristiwa selama perjalanan ke padalarang. Namun, berdasarkan pembicaraan teman-teman diketahui bahwa sempat mengambil air untuk minum di tempat wudhu.
Ketika sampai di tempat penambangan, kami ngobrol sama penjaganya (tadinya dikira tidak ada penjaga, ternyata ada penjaga di pos atas. Sampai di warung tempat kami menginap sekitar jam sebelas. Setelah itu kami memasang tenda dan membenahin warung sehingga nyaman untuk tidur. Sebelum tidur, onye berinisiatif untuk membakar ayam yang sudah dibeli. Akhirnya kami sempat mencoba dua ayam bakar. Sementara saya dan GL baru berniat untuk tidur, Yoga ternyata masih ingin makan. Jadi Yoga, Onye, Yudha, dan Usie menghabiskan dua bungkus mie sebelum tidur. Mereka tidur di tenda sementara Bellys, Bowo, Andra dan Sojo tidur di warung.
Hari kedua, kami terbangun jam tujuh oleh penambang-penambang yang datang bekerja. Kamipun akhirnya menemui Ibu pemilik warung yang kami tempati, ia tidak melarang kami berada disana. Pagi itu kami memasak sop, tempe dan nasi. Sopnya berisi kentang, wortel, kol, dan tomat. Tempenya digoreng biasa saja karena saya dan Andra tidak membeli tepung. Kami memasak dua misting nasi dan cukup untuk kami berdelapan.
Sementara beberapa dari kami mencuci piring dan berbenah-benah untuk berangkat ke gua jangkrik, seseorang pekerja mengajak kami ngobrol. Sepertinya pekerja itu termasuk orang penting diantara pekerja disana. Orang itu bertanya kepada kami apakah kami sedang melakukan penelitian disana, ketika kami menjawab bahwa kami hanya bermain-main, orang tersebut terlihat lega. Ia bercerita bahwa ia dan pekerja lainnya khawatir karena mulai banyak mahasiswa yang mengunjungin gua di sana. Mereka takut mahasiswa-mahasiswa tersebut melakukan penelitian ataupun pencarian situs purbakala yang dapat menghambat pekerjaan mereka.
Setelah bercakap-cakap dengan pekerja yang sepertinya orang penting tersebut, kami berangkat ke gua jangkrik yang terletak tak jauh dari jalan. Gua jangkrik adalah gua yang terbagi menjadi dua rute dari pintu gua, ada rute vertikal dan ada rute horizontal. Kami dibagi menjadi dua tim. Tim pertama terdiri dari Bellys, Bowo, Usie dan Yudha yang berangkat ke bagian horizontal. Tim kedua terdiri Yoga, Onye, Andra dan Sojo yang berangkat ke bagian horizontal.
Tim satu berangkat dengan Yudha yang ada di paling depan. Saya, Bowo, Usie dan Yoga membawa dua webbing. Webbing pertama dipakai di turunan terjal pertama dan webbing kedua dipakai di turunan yang bisa dilewati bagian atas maupun bagian bawahnya tapi tetap harus menggunakan webbing untuk turun lebih bawah lagi. Ternyata ada turunan terjal ketiga, sementara webbing kami sudah habis. Sementara kami memikirkan cara lain untuk turun, kami melihat tali jatuh dari bagian atas di tempat yang seharusnya kami turun dengan webbing. Kami berusaha memanggil tim kedua yang menggunakan tali tersebut, namun tidak ada jawaban. Kami menyimpulkan bahwa bagian horizontal dan bagian vertikal dari gua ini tersambung oleh lubang kecil. Akhirnya kami kembali ke atas dan menunggu teman-teman tim satu selesai menjelajahi bagian vertikal gua ini.
Tim dua kembali, akhirnya kami makan siang bersama. Makan siang kami adalah snack hijau, roti bagelan, snack bantal keju dan snack telor. Tapi snack bantal kejunya tidak terlalu enak. Snack tersebut kami habiskan setengah saja karena setengah berikutnya untuk dimakan pada makan siang esok harinya.
Kamipun bertukar tempat. Tim pertama ke bagian vertikal; tim kedua ke bagian horizontal tapi mereka dibekali tiga webbing. Selama pemasangan alat, Bellys masih sangat bermasalah alat mana diletakan sebelah mana dan bagaimana alat tersebut diletakan sehingga memakan waktu lebih dari yang diperlukan. Bellys juga lupa cara pemasangan webbing untuk harness. Setelah semua siap, kami akhirnya berangkat ke bagian gua masing-masing.
Bagian vertikal gua terdiri dari turunan terjal pertama yang mengunakan webbing. Kemudian turuanan landai yang diakhiri dengan tempat kami menurunkan tali. Kami turun tali dengan urutan Usie, Bellys dan Yudha. Karena alatnya hanya tiga, yang turun kami bertiga dulu, kemudian kami naik kembali dengan urutan Bellys, Usie, dan Yudha. Harusnya Usie naik duluan, namun ia sibuk menjelajahi bagian lain yang menjorok ke bawah. Ia menemukan sarang wallet dan banyak jangkrik disana. Ketika saya naik denga tali, helm saya jatuh karena saya mencoba menengok ke bawah padahal saya tidak memasang helm dengan kencang. Helm dan headlamp saya jatuh ke lubang yang menghubungkan bagian vertikal dengan bagian horizontal. Tim kedua sempat melihat helm dan headlamp saya jatuh, namun helm it uterus jatuh ke lubang berikutnya sehingga mereka tidak dapat menggapainya tanpa tali lagi.
Akhirnya saya menaiki tali dengan bantuan sinar dari headlamp lainnya. Saya bertukar alat dengan Bowo kemudian saya kembali ke jalur awal. Usie kemudian naik dan bertukar alat dengan Yoga. Usie dan Saya kembali ke mulut gua. Saya mengalami kesulitan ketika memanjat dengan webbing, sehingga perlu di bantu Onye yang sudah selesai menjelajahi bagian horizontal. Setelah saya berhasil naik, saya memberikan harness webbing, karabiner, dan sling saya karena Onye mau membantu Yoga. Onye ternyata bersama Nurul yang baru saja sampai padalarang bersama Muhsin. Awalnya Nurul ingin turun dengan tali juga, namun tidak jadi karena waktu sudah cukup sore. Akhirnya saya, Nurul dan Usie kembali ke mulut gua dan bertemu Muhsin, Sojo dan Andra. Kami bercakap-cakap hingga Yoga, Yudha, Bowo dan Onye kembali.
Kami kembali ke warung. Tadinya kami mau langsung mempersiapkan makanan, tapi akhirnya kami berjalan-jalan sebentar karena hari masih terang. Kami berjalan menuju gua di depan warung yang ada disekeliling kapur yang sudah di obrak-abrik pekerja tambang. Gua tersebut tadinya punya pilar yang bagus kata muhsin, tapi sekarang mulut guanya sudah retak-retak dan bagian dalam gua sudah berantakan. Kami tidak berani melanjutkan ke dalam gua karena takut guanya runtuh. Kamipun berjalan mengelilingi gua tersebut, setelah itu kembali ke warung dan mempersiapkan makan malam yaitu ayam bakar dan kangkung. Hari sebelumnya, ayamnya sudah di rendam dengan air jadi sekarang kami hanya perlu memberi bumbu dan membakarnya. Tapi kami kekurangan air bersih sehingga Muhsin dan Usie berangkat dengan motor untuk membeli air bersih, mereka juga membeli snack untuk makan siang karena snack yang dibeli di pasar simpang tidak memberikan energi yang cukup. Setelah api jadi dan Muhsin juga Usie sudah kembali dengan air 30 liter, ayampun dibakar. Saya membuat nasi, Nurul membuat kangkung normal sementara Andra membuat kangkung super manis. Minuman hangat dan melon yang dibawa Muhsin juga Nurul diedarkan sementara menunggu semua masakan matang. Setelah matang, kami menggelar makan panjang. Kami pun makan.
Setelah selesai makan, kami beres-beres dan memasak minuman hangat lagi. Tadinya sebelum kami memulai memasak, kami berniat melihat sunset. Tapi terlupakan ketika kami asyik masak. Karena hari sudah gelap, kami duduk mengelilingi api unggun dan mulai evaluasi. Selama evaluasi kami menyampaikan apa yang kami rasakan ketika masuk ke gua jangkrik. Dalan evaluasi, Yoga menyinggung bahwa saya masih belum menjaga alat-alat dengan baik. Setelah evaluasi, kami mengobrol dan bercanda. Tapi karena saya terlalu mengantuk, saya setengah tidur menjalaninya sampai akhirnya saya pindah ke warung untuk tidur.
Esok harinya, kami bangun lebih lambat karena tak ada pekerja yang membuat kami terbangun. Kami membuat sarapan, namun ternyata parafin dan spirtusnya tinggal sedikit sehingga kami menggunakan kompor Ibu pemilik warung untuk menyelesaikan masakan. Kami memasak nasi goreng yang dicampur mie goreng juga telur yang dicampur kol. Tapi nasi goreng gila kami terlalu lembek dan rasanya kurang muncul.
Setelah kami selesai makan, seperti biasa, kami mencuci alat masak di danau dekat warung. Setelah itu, kami dipisah menjadi dua tim yang berbeda dari kemarin. Tim pertama adalah Yoga, Andra, Onye dan Bowo yang akan kembali ke gua jangrik untuk menyelamatkan helm dan headlamp saya. Sementara tim kedua yaitu Muhsin, Usie, Nurul, Yudha, Sojo dan saya ke gua wayang. Tim kedua mengambil helm motor karena kami kekurangan helm, kemudian kami berangkat ke gua wayang.
Gua wayang terletak didekat belokan jalan. Muhsin tidak ikut masuk gua karena ia tidak tertarik memasuki gua tanpa headlamp. Headlamp kami terbatas, kami hanya memiliki dua headlamp dan satu senter bulat Onye. Kami pun memasuki gua, Yudha paling depan dan Nurul paling belakang. Gua wayang adalah gua yang pendek. Awal kami masuk, ada sisi diagonal yang bagus untuk difoto, sayangnya teknik kami dalam fotografi belum bisa menangkap keindahan sisi tersebut. Kami menurunin sisi diagonal tersebut hingga kami sampai pada ujung gua yaitu bagian yang ada ventilasi kecil di atas gua. Di gua ini, kami hanya menggunakan dua webbing. Webbing terakhir dipasang di anchor perunggu (Klasifikasi berdasarkan Muhsin, anchor perunggu adalah anchor yang mudah lepas bila di geser arah tarikannya, dalam peristiwa ini anchor akan copot bila ditarik ke atas).
Ketika setengah perjalanan di dalam gua, Sojo mengatakan bahwa ia ingin buang air besar. Tapi kami tetap melanjutkan perjalanan. Ternyata di akhir perjalanan, Sojo sudah tidak kuat lagi menahan dan akhirnya terciumlah bau yang kurang sedap. Kamipun segera ke mulut gua agar Sojo bisa melanjutkan urusannya yang sangat mendesak tesebut.
Kami kembali ke warung dan menunggu tim pertama yang menyelamatkan helm di gua jangkrik. Mereka kembali dengan pakaian kotor dan tubuh yang terlihat sangat kelelahan tapi mereka berhasil menyelamatkan helm dan headlamp saya. Kami istirahat sebentar dan kemudian berberes-beres karena mau berangkat ke sungai Citarum untuk membersihkan alat.
Kami tidak mengalami masalah dalam perjalanan ke sungai Citarum. Sebelum kami membersihkan alat di sungai Citarum. Kami mampir ke gua Sangyang Tikoro yang ada di hulu sungai Citarum. Dulu, gua tersebut dilalui air sungai Citarum yang deras, namun karena sungai Citarum sedang kering, kami bisa menjelajahinya.
Gua Sangyang Tikoro sangat besar. Sisi-sisi gua sangat kasar karena sering tergerus air deras. Sebelah kiri mulut gua ada jalur yang menembus ke luar gua. Kami jalan lurus dan menemukan bagian gua yang tergenang air. Bowo, Yoga dan Yudha terus berjalan sementara kami hanya melihat mereka yang makin lama tidak terlihat kemudian muncul lagi di bagian selanjutnya. Kamipun berbalik arah, kembali ke mulut gua. Beberapa dari kami mencoba melewati lorong lain yang agak berair dan menembus ke luar gua.
Setelah selesai menjelajahi gua dan berfoto-foto, kami kembali ke motor dan berangkat ke sungai Citarum dibalik pembangkit listrik Saguling. Kami melewati gua Sangyang Poek untuk mencapai bagian sungai yang ingin kami gunakan untuk membersihkan alat.
Setelah sampai, kami membersihkan alat-alat dan mengeringkannya. Setelah itu, kami berganti pakaian. Laki-laki tetap di tempat sementara perempuan ke gua Sangyang Poek untuk berganti pakaian. Kamipun selesai berganti pakaian dan kembali ke motor. Dalam perjalanan ke motor, Yudha tanpa sengaja memecahkan genteng saung warga dengan carriernya, namun kami tetep melanjutkan perjalanan. Ketika kami hampir mencapai motor, ada seorang penjaga PLTA Saguling yang berkata pada kami agar jika kami ingin parker motor, sebaiknya kami parker di PLTA Saguling agar lebih aman. Kemudian kami naik motor dan kembali ke ITB ;tapi Muhsin dan Yudha tidak langsung ke ITB, mereka mengurus keperluan tugas akhir Muhsin di PLTA Saguling.
Perjalanan dari sungai Citarum tidak ada masalah. Kami sampai di ITB sekitar jam delapan kemudian kami segera membersihkan jumar, krol, karabiner, MR, dan alat-alat lain yang berbahan besi. Kami juga menjemur tali di atas sel dan menggantungkan sling, webbing, padding, dll di depan sel. Esok harinya, kami membersihkan carrier yang terkena tumpahan shampoo Yudha, misting, dan alat masak lainnya. Berakhirlah rangkaian kegiatan yang kami lakukan dalam mengadakan perjalanan ke gua Jangkrik dan gua Wayang di Padalarang.