Senin, 23 Juni 2008

Catatan Perjalanan Pengarungan Ciburuy

Oleh Zaki Mujahid GL XVII


Laporan Perjalanan Pengarungan Ciburuy

Bandung, 7 Juni 2008 – Perjalanan kali adalah dalam rangka pelatihan Gladi Lanjut XVII KMPA khususnya divisi Olah Raga Arus Deras..Untuk kali ini, sasaran kami adalah untuk pelatihan dasar rafting, seperti mendayung, membalikan perahu, atau yang dikenal flop-flop, mengunakkan tali safety rescue, dan melatih kekompakkan. Sebenarnya, kami berniat untuk berlatih di Pangalengan. Namun karena faktor transportasi, akhirnya kami memilih tempat ini sebagai tempat latihan yang sebenarnya latihan pertama kami juga bertempat di Danau Ciburuy ini.

Kami berangkat berdelapan yaitu: Koko, Zakib, Dani, Yasir, Ramzi, Yosay, Baim, dan saya sendiri, Zakim. Berangkat dari ITB tepat pukul 8.10 WIB. Sekitar 1 jam, kami sampai di Danau Ciburuy. Keadaan Danau Ciburuy sendiri sama seperti kunjungan pertama kami dulu. Airnya cukup tenang meskipun kedalamannya mungkin tak seberapa. Seperti kebanyakan danau, warna air danau ini hijau kecoklatan. Ada hal yang menarik bahwa bagian tempat danau tersebut yang dibutuhkan tiket karcis justru keadaan airnya lebih buruk dari tempat yang gratis. Tentu saja kami suka yang gratis. Ada yang berbeda antara kunjungan kami yang petama dengan sekarang ini. Pada kunjungan pertama kami waktu itu, pesisir danau masih bisa digunakan untuk portaging. Artinya, daerah pinggir danau itu masih lapang. Namun pada kunjungan kali ini, daerah pesisir tersebut sudah ditumbuhi tanaman tomat dan cabe. Sehingga kami harus portaging agak lebih ke atas dari danau. Alasan penanaman di daerah itu kami tidak tahu.

Ketika kami memompa perahu, kami menemukan perahu kami bocor pada bagian floor. Kami tetap meneruskan. Setelah memompa perahu, kami langsung naik ke perahu. Karena bocor, permukaan perahu kami menampung air. Semakin lama, air yang memenuhi perahu pun semakin banyak. Dan sekitar 10 menitan, kami harus mendarat lagi untuk memompa perahu kembali. Setelah itu kami kembali meneruskan perjalanan secepat mungkin agar perahu yang bocor tidak tergenang air.

Setelah kami mendayung perahu sekitar lima belas menit, perahu kami sudah terlalu banyak menampung air. Koko menginstruksikan untuk kembali mendarat. Kali ini kami mendarat ketempat yang mudah untuk memompa perahu. Tempat kami memompa perahu itu sangat kotor. Sampah plastik mencemari danau itu. Airnya berbusa dan keruh mengindikasikan tingkat BOD yang tinggi.

Di tempat itu kami berlatih safety rescue. Karena tali safety rescue tersebut terbatas, maka kami pun secara bergantian melakukan latihan tersebut. Disaat saya menunggu giliran, saya beinisiatif untuk latihan berenang karena saya adalah salah satu orang dari dua orang anak ORAD yang tidak bisa berenang. Air danau itu makin jelas saja kotornya. Saya tidak kuat lagi dengan air di sebelah tersebut. Kemudian saya pindah ke tengah dengan maksud untuk memperoleh air yang lebih mendingan. Sempat saya meminum (tak sengaja) air danau yang kotor nan berbusa tesebut. Rasanya saya lupa karena berusaha tidak mau mengingat-ingatnya.

Setelah kami semua telah berlatih safety rescue, kami kembali memompa perahu untuk turun kembali. Kali ini yang akan kita lakukan adalah latihan flip-flop. Latihan ini adalah latihan yang terakhir. Kami dibagi menjadi dua tim kecil. Tiap tim harus mampu membalikan perahu (flip) dan mengembalikan perahu ke posisi semula (flop). Cukup sulit juga melakukannya karena disamping kita sudah lelah, perahu yang kempis pun sangat susah untuk di balikan.

Hari itu, matahari sudah condong ke barat. Sanagat panas sekali suhu ai danau. Kami memutuskan untuk naik dan segera melakukan portaging. Kami membersihkan tubuh kami di kakus sebuah masjid yang dilanjutkan shalat Zuhur. Akhinya sekitar pukul 13.40, kami meninggalkan danau Ciburuy setelah menghabikan semangkuk baso.

Itulah catatan perjalanan latihan ORAD KMPA XVII Pengarungan ke-2. jika catatan perjalanan ini ada kesalahan, tolong berikan kritik.

Jumat, 20 Juni 2008

Catatan Perjalanan ke Situ Ciburuy

By Dani Andipa (GM-04-XVII)
7 Juni 2008

Berangkat jam 8.00 dari SEL, trus kami (GL ORAD & Koko) pun tiba di Ciburuy kira-kira jam 9.00. Masuk lewat jalan kecil, nggak lewat gerbang, jadi nggak perlu bayar karcis. Langsung dilanjutkan memompa perahu dengan semangat ksatria. Selesai perahu dipompa, kami pun langsung memakai perlengkapan seperti pelampung dan helm, trus dilanjutkan dengan melakukan pemanasan sebelum turun buat latihan. Setelah selesai pemanasan, kami lalu menurunkan perahu ke danau.

Karena si “Heejo”, sang perahu tua, bermasalah lagi, kami memulai kembali latihan hari ini dengan berenang mengejar perahu, lalu naik pas di tengah danau. Naik ke perahu itu susah abis bung! Kalo tekniknya gw nggak bisa, cuma bisa naik pake caranya anak RC, dengan kekuatan tangan. Hoho…

Hari ini air danau Ciburuy berbeda dengan waktu kunjungan kami sebelumnya. Airnya bau. Alhasil, secangkir Ciburuy yang terminum oleh gw , membuat gw batuk dan pilek.

Latihan hari ini yaitu latihan flip-flop perahu dan melempar rescue rope. 3 orang ditambah Koko, naik ke perahu, trus flip-flop ditengah. Gw kebagian di sesi kedua. Selama nunggu, kami 3 orang yang nunggu giliran flip-flop, latihan melempar rescue rope. Gw mencoba cara melempar yang diajarin Pak Yana waktu GM di Cimanuk dulu. Sementara itu, Yasir udah akrab aja ama anak-anak kecil yang nonton kami latihan. Waktu kami (gw, Yasir, dan Baim) ngobrol-ngobrol, si Zakim asyik aja meng-autis di tengah danau dengan berenang-berenang aneh. Baim berkata, “Anak saya…, semenjak setahun yang lalu masuk ITB, jadi sering menyendiri dan stress…” mengejek Zakim. Kompak kami ketawa melihat tingkah si Zakim yang autis itu. Haha…

Setelah tiba giliran gw, Yasir, dan Zakim buat melakukan flip-flop perahu, kami langsung naik ke perahu dan mendayung ke tengah. Trus, kami melakukan flip sesuai yang diajarin ama Koko. Ternyata di tempat kami melakukan flip itu ada jaring nelayan! Kaki gw dan Zakim tersangkut. Trus, gw berhasil membebaskan jeratan jaring itu, Zakim juga. Kami naik ke perahu yang sedang terbalik itu, trus kami balikkan lagi perahunya (flop). Abis itu, kami dayung lagi perahunya pindah ke tempat yang nggak ada jaringnya dan melakukan flip-flop lagi.

Matahari udah tinggi dan waktu menunjukkan jam 11.45, kami naik dan membereskan semua perlengkapan dan memasukkannya ke dalam mobil. Trus, dilanjutkan dengan membersihkan badan dan shalat zuhur. Trus, kami pulang, dan dilanjutkan dengan mencuci perahu dan alat-alat lainnya di SEL.

Rabu, 18 Juni 2008

Navigasi Darat Terbuka

By: Gladi Lanjut Gunung Hutan

Waktu : Jum’at-Sabtu, 30-31 Mei 2008

Lokasi : Cicenang, Jawa Barat

Peserta : Aldi, Ari, Dhika, Heri, Yudhi, Muhsin

Pembimbing : Alam, Arfan, Haqul, Irfan, Maman, gustaf

Jum’at, 30 Mei 2008

Kami berangkat dari sel menuju Cicenang dengan menggunakan motor pada pukul 20.00 dan tiba disana pada pukul 21.00. Setibanya disana kami langsung mendirikan camp, berbincang-bincang, dan menentukan rundown untuk keesokan hari bersama Maman. Tepat pukul 23.00 ketika kami bermaksud beristirahat, kami kedatangan beberapa anggota G yang kebetulan ingin refreshing di tempat yang sama, yaitu Gugum, Mala, dan Ana, ditambah Gemen, Riko, dkk.

Sabtu, 31 Mei 2008

Kami memulai aktivitas pada pukul 06.30, dilanjutkan dengan packing dan beres-beres. Kemudian dilanjutkan dengan makan pagi yang dibawakan oleh Irfan. Selain itu, juga ada Muhsin dan Gustav yang menyusul dari Bandung.

Kegiatan navdar (navigasi darat) terbuka dimulai pada pukul 08.30, atau terlambat 30 menit dari rundown yang direncanakan karena makan pagi yang terlalu lama. Setelah itu, kegiatan dimulai dengan menentukan titik awal secara perorangan. Tepat pukul 09.00 kami membandingkan titik awal masing-masing peserta dan dievaluasi oleh pembimbing. Setelah penentuan titik awal, kami diberi lima buah koordinat yang selanjutnya harus kami capai pada kegiatan navdar terbuka ini.

Tepat pukul 09.30 kami memindahkan barang-barang bawaan kami (carrier, tenda, dll) dan menitipkannya di warung kopi di pinggir jalan raya. Kegiatan dilanjutkan dengan membentuk tiga tim. Tim pertama adalah Aldi dan Muhsin dengan pembimbing Alam dan Arfan, tim kedua adalah Yudhi dan Ari dengan pembimbing Irfan, dan tim ketiga adalah Dhika dan Heri dengan pembimbing Maman dan Haqul. Setelah itu, masing-masing tim berpencar menuju kelima titik tersebut.

Tim direncanakan kembali berkumpul di warung kopi pada pukul 15.00. Tim kedua dan ketiga tiba tepat waktu, sedangkan tim pertama datang 1 jam kemudian atau pada pukul 16.00. Keterlambatan dikarenakan tim pertama mencoba untuk mencapai seluruh titik, sementara kedua tim lainnya hanya mencapai tiga titik.

Kegiatan dilanjutkan dengan evaluasi oleh para pembimbing. Kemudian kami kembali dari Cicenang menuju sel pada pukul 17.00.

Evaluasi Perjalanan :

1. Penyediaan makan pagi kurang dipersiapkan. Kami baru menitipkan makanan kepada Irfan via sms pada pukul 06.30, sehingga makan pagi terlambat.

2. Pada awal kegiatan kami langsung menentukan titik awal dan menuju kelima titik tujuan tanpa meminta briefing atau materi singkat terlebih dahulu, sehingga kegiatan navdar terbuka secara keseluruhan kurang lancar karena beberapa dari peserta kurang mengerti atau lupa.

3. Tim pertama terlalu memaksa untuk mencapai kelima titik tujuan, sehingga waktu evaluasi akhir oleh pembimbing menjadi terlambat.

CATATAN PERJALANAN

SURVEY GOA-GOA PANGANDARAN

4-11 JUNI 2008

By : M. Muhsin (Gladi Lanjut XVII-Caving)

Rabu, 4 Juni 2008

Pukul 07.30 di sel KMPA ITB, kami berenam—Cusi, Arfan, Irfan, Kanya, Didik, dan saya (Muhsin)—mulai memasukkan barang-barang yang telah dipersiapkan ke dalam carrier masing-masing. Usai packing, perut kami segera meminta bagiannya, sarapan pagi. Seketika itu juga kami beranjak menuju warteg-warteg di belakang kampus. Hmm, mantap!

Tak terasa matahari tlah mulai branjak naik. Kami pun bersiap. Menangkat carrier masing-masing dan tak lupa foto-foto! Kami pun foto bersama dengan anak-anak KMPA lain yang kebetulan ada di sel. Tak lupa kami berdoa kepada Tuhan YME. Berarap semoga perjalanan ini berjalan lancar. Yup, pukul 09.45 kami pun bertolak dari ITB naik mobil hijau menuju terminal Caheum.

Setibanya di terminal Caheum kami pun berjalan mencari bus yang menuju Pangandaran. Oops, ternyata di tengah pencarian kami, kami menemukan sebuah mini market. Akhirnya kami pun sepakat untuk singgah sebentar di mini market tersebut. Membeli ‘ular-ular’ dan rokok untuk menemani perjalanan kami ke Pangandaran.

Pukul 11.00 bus yang kami naiki akhirnya memulai perjalanannya. For your information, bus yang kami naiki bernama Budiman dengan tiket perjalanan seharga 30.000/orang tanpa carrier. Kalo bawa carrier ada tambahan biaya yang besarnya tergantung kebijakan bapak kondektur. Total biaya kami naik bus Budiman saat itu adalah 200.000 untuk 6 orang+carriernya.

Bus pun melaju kencang. Kami yang saat itu duduk di kursi belakang mulai mual-mual dibuatnya. Jalan berkelok-kelok ditemani udara nan ‘hangat’ benar-benar membuat perjalanan kami ‘menyenangkan’.

Di bus tersebut kami berkanalan dengan seorang bapak muda. Beliau bernama Gugun. Kepada beliau salah seorang dari kami bertanya-tanya tentang daerah Masawah—lokasi goa yang hendak disurvey. Beliau menjelaskan apa yang beliau ketahui tentang Masawah. Kemudian, bapak baik hati itu menawarkan tempat menetap kepada kami di daerah Parigi. Setelah melalui diskusi yang alot, kami dengan halus menolak tawaran Pak Gugun karena lokasi survey yang terlalu jauh dari daerah Parigi.

Pukul 17.00 Bus Budiman sampai di pool-nya di Pangandaran. Kami pun segera turun dengan menjinjing carrier masing-masing. Secara tak sengaja kami melihat penjual sate ayam kampung di depan pool Budiman. Langsung saja kami singgah disana memesan 6 porsi sate ayam. Ma’nyus pemirsa!

Setela perut ini terisi, pukul 18.00 kami meneruskan perjalanan ke daerah Masawah. Kami naik bus Budiman yang hendak ke Cijulang. Melalui diskusi biaya yang seru dengan bapak kondektur akhirnya kami pun diantar sampai rumah pak kepala desa Masawah dengan biaya 110.000. Sekitar pukul 19.30 kami tiba di tempat tujuan.

Di rumah pak Thohidin—Pak kades Masawah—kami menjelaskan maksud kedatangan kami. Kemudian, Pak Thohidin pun mempersilahkan kami untuk tinggal di rumah beliau selama waktu survey di sana. Setelah itu, kami mempersiapkan peralatan yang akan kami gunakan esok hari, membersihkan diri, ke warung sebentar lalu tidur.

Kamis, 5 Juni 2008

Pukul 06.00 kami pun memulai aktivitas. Didik, Kanya dan saya mempersiapkan sarapan pagi sementara yang lain menentukan lokasi gua yang akan dikunjungi dan mempersiapkan kembali peralatan-perlatan survey. Peralatan-peralatan yang disiapkan antara lain: GPS, altimeter, multi-termometer, HT, helm, coverall, sepatu boot, senter/headlamp, meteran, palu geologi, plastikm sampel dan batere cadangan.

Setelah sarapan tersaji, kami pun sarapan bersama. Kemudian brifing sebentar membentuk dua tim survey. Tim satu: Arfan, Kanya, dan saya, sedangkan tim dua: Irfan, Cusi, dan Didik. Masing-masing tim membawa satu carrier, satu daypack dan satu tas pinggang. Sekitar pukul 08.30 kami pun berangkat dan berpisah di depan masjid. Tim satu menuju gua Pasir Curug dan lainnya sedangkan tim dua menuju gua Masawah dan lainnya.

Selanjutnya saya akan menceritakan sedikit perjalanan survey tim satu. Awalnya, kami agak kesulitan mencari lokasi mulut goa tersebut. Setelah bertanya-tanya dengan penduduk sekitar akhirnya ada dua orang penduduk yang bersedia menunjukkan lokasi gua-gua tersebut pada kami. Kedua orang tersebut bernama Dian dan Dikdik. Sungguh orang-orang yang baik hati!


Tak terasa sudah pukul 16.00, kami pun segera menyudahi survey gua hari ini. Ada sepuluh gua yang telah kami survey hari itu. Kurang dua gua lagi dari target yang telah ditetapkan untuk tim kami. Hari itu kami tiba di rumah pak kades sekitar pukul 17.00, sedangkan tim dua tiba di rumah pukul 18.00.

Malam hari itu, bu Kades telah menyiapkan makan malam untuk kami. Usai makan kami ngobrol-ngobrol sebentar bertukar cerita tentang perjalanan kedua tim. Kemudian istirahat melemaskan kaki yang lelah.

Jumat, 6 Juni 2008

Seperti hari sebelumnya, kami mulai aktivitas pukul 06.00. Mulai memasak dan menyiapkan alat-alat seperti hari kemarin. Tak ubahnya seperti hari kemarin, kami berangkat pukul 08.30 dengan target gua yang tersisa dapat selesai di survey pada pukul 11.00. Hal ini dengan pertimbangan agar dapat shalat jumat dan segera bertolak ke daerah survey selanjutnya—daerah Karangpaci—pada pukul 15.00.

Perjalanan pun dimulai. Hari ini tim satu harus mensurvey dua gua. Kedua gua tersebut letaknya cukup jauh. Sekitar 1,5 km dari rumah pak kades. Melalui sedikit proses kesasar dan bertanya akhirnya kami tiba di gua yang dimaksud. Setelah itu kami melanjutkan ke gua selanjutnya, Gua Sodong Parat 2.

Beberapa lama kami mencari namun tidak ketemu juga. Kami pun berusaha mencari penduduk sekitar, tapi di tengah perkebunan dan sawah itu sudah tidak ada lagi penduduk. Mungkin sedang bersiap untuk shalat Jumat. Jam Kanya telah menunjukkan pukul 11.15. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke rumah pak Kades untuk bersiap melaksanakan shalat Jumat.

Usai shalat Jumat dan istirahat sebentar kami pergi melanjutkan pencarian. Kami pun bertanya pada penduduk tentang gua tersebut. Salah seorang penduduk yang baik bersedia mengantar kami ke gua tersebut. Akhirnya gua terakhir ini kami temukan.

Pukul 15.00 kami tiba di rumah pak Kades, namun belum ada tanda-tanda tim dua sudah tiba. Setelah satu jam menunggu sambil istirahat akhirnya tim dua kembali. Kemudian kami bersama melepas lelah di warung dekat rumah pak Kades.

Pukul 17.00 kami packing bersiap untuk pindah ke Karangpaci. Selama kami packing bapak Kades yang baik hati itu mencari pick up yang dapat mengantar kami ke sana. Usai packing kami disuguhi makan malam oleh bu Kades. Pukul 18.30 kami pamit, berterima kasih pada keluarga pak Kades dan pergi ke daerah survey selanjutnya, Desa Karangpaci.

Pukul 19.10 kami tiba di rumah pak Kades Kertayasa, Pak Abdurrahman. Di sana kami menjelaskan maksud kedatangan kami. Setelah berdiskusi sebentar kami di bawa ke rumah kepala dusun Karangpaci, panggilan akrabnya Pak Odin. Di rumah pak Odin kami berdiskusi dan merencanakan perjalanan survey kami. Setelah agak larut malam, kami pun terlelap.

Sabtu, 7 Juni 2008

Pagi yang biasa. Kami menjalankan aktivitas seperti biasa dan berangkat survey pukul 08.40. Perjalanan kami saat itu ditemani oleh seorang penduduk yang telah mengenal daerah tersebut. Kami diantar sampai ke jembatan kayu yang melintang di atas sungai Cijulang. Sebagai informasi aja, dari rumah pak Odin ke jembatan kayu tersebut berjarak sekitar 3 km dan butuh waktu kurang lebih 1,5 jam. Di sana kami kembali berpencar. Tim satu mencari gua Kondang dan lainnya sedang tim dua mencari gua Gawi Luhur dan lainnya. Kami bersepakat untuk kembali berkumpul pada pukul 15.00.

Tim satu pun segera mencari gua Kondang. Setelah sekian lama mencari akhirnya kami bertemu seorang bapak bernama Wudi. Setelah ngobrol sebentar dengan pak Wudi, kami diantarkannya ke gua Kondang. Ketika di mulut gua pak Wudi meminta sebatang rokok, menyalakannya dan mulai berkomat-kamit sebentar lalu meniupkan asap rokok ke kertas yang bertuliskan nama kami.Oh ya, sebelum ke gua Kondang kami diminta pak Wudi untuk menuliskan nama kami di atas kertas. Selanjutnya, Arfan dan Kanya pun masuk ke gua tersebut ditemani pak Wudi selama kira-kira 20 menit. Saya menunggu di mulut gua dan melakukan pendataan.

Setelah itu kami pun melanjutkan pencarian ke gua-gua lainnya. Gua-gua di daerah ini sulit dicari karena banyak tertutup pohon-pohon dan semak belukar. Selain itu, gua di daerah ini tidak seperti gua-gua di daerah Masawah yang berair. Gua-gua di daerah ini lebih banyak reliks (kering) dan berlumpur.

Setelah pencarian yang cukup panjang tak terasa hari sudah pukul 15.30. Secara tak sengaja kami bertemu dengan tim dua yang telah usai melakukan survey. Setelah melakukan survey sebentar, kami dan tim dua berangkat bersama-sama ke jembatan kayu. Dalam perjalanan ke jembatan kayu kami bertemu Pak Wudi lagi. Kebetulan beliau juga hendak pulang ke desa Kertayasa. Dalam perjalanan kami berbincang-bincang dengan beliau dan bertanya tentang gua-gua. Beliau pun menunjukkan letak gua Wallet yang belum sempat kami survey. Gua tersebut berada di dekat jembatan kayu disamping sungai Cijulang. Beberapa orang dari kami pun pergi untuk mendata gua tersebut.

Kira-kira pukul 16.45 kami berangkat ke rumah pak Odin. Menempuh 3 km melewati beberapa buah bukit dan sawah. Dengan sisa tenaga yang ada kami berjalan dan akhirnya tiba di rumah pak Odin pukul 19.00. Malam itu, kami tak banyak beraktivitas. Usai makan kami langsung istirahat, tidur di tempat yang telah disiapkan.

Minggu, 8 Juni 2008

Pagi itu ada kabar bahwa Kang Dicky, seleb KMPA, akan datang berkunjung ke tempat sini, rumah Pak Odin. Kami pun memasak, mempersiapkan alat dan menunggu kedatangan sang seleb ini. Akhirnya kira-kira pukul 09.00 Kang Dicky datang. Kami pun berbincang-bincang dengan beliau. Membicarakan progres, rencana-rencana, biaya-biaya dan lainnya.

Hari itu kami baru berangkat survey sekitar pukul 11.00. Di tengah perjalanan kami pun berpencar. Tim satu menuju hutan yang kemarin sedang tim dua menuju gua Cibuluh yang berbeda arah dengan hutan kemarin. Tim satu pun segera bergerak menuju gua-gua yang hendak disurvey. Di hutan tersebut mulut gua memang cukup sulit untuk ditemui karena banyak tertutup pohon dan semak belukar. Medannya yang curam benar-benar membuat letih.

Di antara gua yang kami survey adalah gua Bau. Gua ini termasuk gua yang cukup ditakuti oleh orang-orang sekitar. Mulut gua Bau sangat besar. Mulut ini menghadap ke sungai Cijulang dan ujung lainnya yang vertikal berada di tengah hutan. Dari dalam gua ini terdengar suara kelelawar. Melalui suara yang terdengar kami memperkirakan ada ratusan atau bahkan ribuan kelelawar yang ada di dalam sana.


Pukul 17.00. Tim satu masih harus mensurvey tiga gua lagi. Tiga gua tersebut lokasi berdekatan, kira-kira 100 meter. Akhirnya pukul 17.30 gua-gua tersebut dapat ditemukan dan kami memulai perjalanan pulang ke rumah pak Odin dengan hati lega karena telah menyelesaikan tugas.

Sesampainya di rumah pukul 18.30 (cepat karena kami dapat tumpangan pick up), tim dua sudah ada di rumah. Tim dua masih menyisakan tiga gua yang akan disurvey besok paginya. Usai makan, kami pun tertidur karena kelelahan.

Senin, 9 Juni 2008

Pagi itu tim dua sudah bangun sejak pukul 05.00. Setelah berkemas sebentar, pukul 05.30 mereka pun berangkat menuju tiga gua terakhir yang harus disurvey. Sementara, tim satu masih terlelap hingga pukul 07.00. Kemudian tim satu mengumpulkan semangat yang berserakan lalu berangkat ke pasar untuk membeli kebutuhan-kebutuhan liburan kami di Pangandaran ini.

Pukul 10.30 tim dua tiba di rumah pak Odin. Mereka pun segera melepas lelah di teras rumah, tertidur. Beberapa saat kemudian makan pagi siap. Kami pun menyantap makanan tersebut dan beristirahat kembali.

Sekitatr pukul 13.00 kami bersiap-siap dan berangkat untuk liburan. Tujuan kami saat itu adalah Grand Canyon Pangandaran. Perjalanan ke Grand Canyon kami tempuh dengan menggunakan perahu. Harga sewa satu perahu adalah 70.000, namun ada juga paket keluarga dengan harga 50.000. Atas saran pak Odin, kami pun memilih paket keluarga.

Kami berdelapan—kami berenam dan pak Odin sebagai supir perahu dan seorang temannya—menelusuri sungai Cijulang menuju ke Grand Canyon Pangandaran. 15 menit di atas perahu, akhirnya kami tiba di kawasan Grand Canyon. Kawasan tersebut benar-benar menakjubkan!


Pertama-tama kami berada seperti di bawah jembatan alami. Terlihat jelas stalaktit-stalaktit besar menggantung di bawah jembatan. Terus ke depan terlihat ukiran-ukiran luar biasa di dinding sisi kanan dan kiri sungai. Rasanya seperti bukan berada di Indonesia! Di bawahnya sungai yang jernih mengalir dengan aliran lambat dihiasi batu-batu besar yang juga penuh ukiran-ukiran Yang Maha Kuasa. Di beberapa bagian ada air-air menetes cukup deras dari bagian atas yang mengalir melalui stalaktit-stalaktit besar. Beberapa canopy juga menggantung memperindah pemandangan Grand Canyon Pangandaran.

Kami dan pak Odin berenang menelusuri kawasan Grand Canyon tersebut. Ditemani kepiting-kepiting kecil yang sesekali berenang-renang di sisi kami. Kemudian loncat indah dari canopy yang menggantung sekitar 6 meter di atas kami. Lalu, mandi dari pancuran alami yang menyegarkan. Terakhir kami mencoba terbawa arus sungai. Benar-benar menyenangkan!

Setelah berbasah-basahan ria, kami pun kembali ke rumah pak Odin naik perahu. ‘Ular-ular’ pun dibuka dan dihabiskan di atas perahu tersebut. Bermain air memang selalu membuat perut lapar.

Sesampainya di rumah kami bersantai-santai ria. Lalu, Didik dan Arfan pergi ke pasar membeli beberapa ayam untuk makan besar malam ini. Setelah ayam dibeli, persiapan ayam bakar pun dilakukan. Ada yang mencari sabut untuk bahan bakar, memotong bambu untuk nusuk ayam dan membumbui ayam supaya nikmat. Lalu, sang ayam pun dibakar. Malam itu kami makan malam bersama Pak Odin dan keluarga, dengan lauk yang sama. Ayam Bakar Ma’nyus!

Selasa, 10 Juni 2008

Pagi ini kami pergi ke Pantai Batu Karas pukul 09.00. Menurut pak Odin perjalanan ke sana membutuhkan waktu kira-kira dua jam dengan berjalan kaki. Jarak rumah pak Odin-Batu Karas kira-kira 6 km dengan jalan datar. Berbekal tiga buah carrier dan satu daypack kami pun pergi berjalan menuju Pantai Batu Karas.

Seperti yang diperkirakan, kami tiba di Batu Karas pukul 11.00 (Perjalanan+makan mie ayam membutuhkan waktu dua jam). Begitu sampai di sana—sekali lagi—Didik dan Arfan segera menawarkan diri untuk pergi beli ikan di Tempat Pelelangan Ikan. Sedangkan yang lainnya membuat tenda lalu tidur-tiduran.

Seperti namanya, liburan, kami bersantai-santai ria menikmati pemandangan pandai dan hembusan angin laut yang semilir. Minum-minum kopi, jasjus, teh dan sebagainya. Maen kartu, foto-foto dan tidur siang. “Kenapa ngga dari lima hari yang lalu kayak gini ya…” kata salah seorang dari kami.

Sore hari, kami pun bersiap menyongsong malam. Beberapa dari kami mulai mengumpulkan kayu bakar dan sabut kelapa. Sementara yang lain mempersiapkan ikan yang hendak dibakar.

Setelah agak gelap, bakar-bakaran pun dimulai. Awalnya, semuanya biasa saja sampai akhirnya salah seorang berteriak “Aduh, ikan gue jatoh!”. Kemudian, satu per satu ikan kami berjatuhan. Gagal. Eits, kecuali ikan satu orang, Si Cusi. Ikannya ga jatoh! Ternyata di ikannya, dia tusuk kayu lagi bawahnya supaya ga jatuh. Ikan-ikan tersebut jatuh karena ketika di bakar perutnya mengembang, putus, kemudian lepas dari tusukan. Jatoh! Dengan cerdasnya si Cusi berhasil mengakali hal tersebut.

Setelah puas bakar-bakaran, kopi, teh dan ‘ular-ular’ pun keluar. Sambil ngobrol kami menikmati suasana pantai yang indah itu. Ditemani kopi, teh, ‘ular-ular’, suara deburan ombak, bulan dan bintang-bintang yang terkadang tertutup awan sampai akhirnya satu per satu tertidur.

Rabu, 11 Juni 2008


Pagi hari terbangun dengan barang-barang berserakan di mana-mana—bekas bakar-bakaran tadi malem. Aktivitas pagi di mulai dengan mencuci wajan dan piring yang kotor di WC terdekat. Usai mencuci kami menikmati secangkir kopi di tepi pantai. Ah, nikmatnya! Melihat ombak yang begitu menantang kami—Cusi, Irfan, Arfan, dan saya—pun tertantang untuk menerjang ombak yang besar tersebut. Main ombak pun di mulai. Sesekali kami ke pantai untuk melukis-lukis di atas pasir. Menggambar-gambar indah dan aneh, membuat bangunan-bangunan artistik laut menerjang ombak yang menggulung-gulung.

Setelah puas bermain-main, kami pun segera packing. Bersiap kembali ke rumah pak Odin. Pukul 11.30 kami bertolak dari Batu Karas ke rumah pak Odin. Di perjalanan ke rumah pak Odin kami kembali singgah di tempat mie ayam kemarin. Mie ayam enak dengan porsi banyak dan harga 4.000. Slurp, enak!


Setelah bersantai beberapa saat Perjalanan diteruskan. Tak berapa lama, dari belakang kami muncul truk kuning. Dengan izin pak supir kami pun menumpang hingga rumah pak Odin. Alhamdulillah.

Sambil beristirahat dan membersihkan diri, kami berkemas-kemas memasukkan barang ke dalam carrier—mempersiapkan diri untuk menempuh perjalanan pulang ke Bandung. Pukul 16.00 kami pamit pada pak Odin dan keluarga, kemudian bersegera naik truk yang ternyata merupakan truk yang tadi kami tumpangi dari Batu Karas. Truk tersebut mengantarkan kami hingga Parigi. Dari Parigi kami melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan umum sampai pool Budiman—biaya angkot 5000/orang dan 1000/carrier, total 6000/orang. Sebelum berangkat, kami sempatkan dulu untuk makan sate ayam kampung. Di tempat yang sama dan di waktu yang sama seperti seminggu yang lalu, ketika kami baru tiba di Pangandaran.

Pukul 18.30 bus kami bertolak dari Pangandaran menuju Bandung. Tiba di terminal Caheum pukul 24.00. Kemudian dilanjutkan dengan men-charter mobil hingga ke ITB. Kami tiba di ITB pukul 01.50 hari Kamis, 12 Juni 2008.