Jumat, 02 Juli 2010

Vertikal Rescue Subdivisi Rock Climbing




Hari/jam : Sabtu, 15 Mei, pukul 01.00 s.d. Minggu, 16 Mei, pukul 19.00
Route : ITB – Danau Ciburuy – Citatah – ITB
Personel : freden, Sani, Azka, Bambang, Dian, Brian, John, temennya Bambang, Bli Bayu.
(menyusul) Tetu, Ade, Inda, Winda.
Materi : - VR (di kampus)
- Artifisial (leader, cleaner, buat pict)
- Jumarer
- Sejarah
Vertical rescue
UAS kalkulus berakhir bagi anak-anak TPB. Tiba-tiba saja sms masuk ke h berupa ajakan ke citatah. Setelah ke sel ternyata ke citatahnya malam. Dan latihan pertama yang kita lalui dulu adalah VR alias vertical rescue dulu yang diadakan di antara dua labtek biru dekat sekretariat himpunan di sekitar situ. Yang mengikuti latian ada mas Freden, Tetu, Ade, Inda, Winda, dan brian. Kemudian ada Mas Sigit sama Bambang yang yang datang dengan nasi goreng. Latihan VR dilakukan beberapa kali. Pertama ada Dian dengan Inda bergantian. Rupanya mereka sudah mahir mempraktikannya. Kemudian dilanjutkan dengan Azka yang berpasangan dengan Ade. Berdua bergantian menjadi lkorban dan rescuer masing-masing satu kali. Lumayan cepet juga. Finally, Winda dan Tetu menutup latihan pada malam hari itu. Di sela-sela latihan itu juga kami sempat ngobrolin tentang bagaimana keberangkatan kita ke Citatah.
Serangan fajar
Pukul 23.30 kami mempersiapkan alat-alat yang akan dibawa. Ada tali, tambatan (pyton, exentrict, friend, bong dll), Harnes, seling, etc. Bambang berangkat duluan sama temennya anak unpad yang saya lupa namanya, Sani dengan Dian naik motor. Sementara Saya dengan Freden masih berkutat di sel mencari motor nganggur. Sani dan Bambang sudah cukup lama mendahului kami. masalah kami pun akhirnya terpecahkan setelah merelakan motornya yang sebelumnya tak bisa kami pinjam karena takut dimarahi Ayahanndanya. Motor kami pun melaju kencang menuju Kecamatan Padalarang. Sementara teman yang lain sudah menunggu di depan Danau Ciburuy.Setelah makan batagor, sesuai rencana, kami berenam tidur di tepi danau, di gubuk yang biasa orang gunakan untuk berwisat. Brian yang menyusul dengan John naik sepeda sampai di danau saat yang lai sudah mulai tertidur. Alhamdulillah saya dan beberapa yang lain sempat melaksanakan sholat subuh karena tempat kami tidur dekat dengan mushola.
Coming citatah
Setelah makan di kantin depan danau Ciburuy,tebing langsung dituju pukul 08.30. tanpa basa-basi lagi pemanjatan langsung dimulai.Bambang menjadi leader, sementara Dian menjadi cleaner sedangkan saya yang belum pernah mencoba Artifisial climbing sama sekali belajar memasang tambatan dengan diajari Bapak ketua KMPA, Brian. Mencoba memasang Phyton dan Blade dengan menggunakan martil, serta memasang exentrict dan friend dengan menyelipkannya ke dalam rekahan tebing.
Setelah cukup dengan latihan-latihan memasang tambatan, saya menuju tempat Dian berlatih. Dia sedang menjadi leader diBilay oleh bambang. Hebat, ternyata jalur yang Ia buat lurus, sehingga titak menimbulkan friksi yang besar pada kernmantel. Kemudian saya menggantikan Bambang menjadi Bellayer yang kemudian mengclear jalur yang dibuat oleh Dian. Sementara di tali statis yang kami pasang di sebelah kanan, ada Mas Jon yang memanjat dengan jumar.
Cimney
Sampailah saya di goa paling rendah yang biasa kami jadikan pitc pertama. Sebenarnya saya berniat untuk menjadi leader, namun Sani mengajak menuju cimney. Istilah itu sempat membuat saya bertanya-tanya. Saya yang belum pernah sekalipun menjadi bellayer tak menyanggupi untuk membilllay Dian yang akan memanjat cimney. Akhirnya Freden yang naik tuk menggantikan saya. Baru saya tau ternyata Cimney merupakan dua dinding yang letaknya berdekatan. Sehingga pemanjat dapan memanfaatkan cimney untuk memanjat dengan kedua kakinya bertumpu pada dua dinding tersebut. Katanya sih kayak Jacky Chan gitu. Dian yang memulai memanjat pertama. Freden bilang kalau dari tahun ke tahun yang menkhlukan cimney pertama kali dalam satu angkatan adalah seorang pria, jadi bisa dibilang Dian mencetak sejarah baru buat angkatan GM XIX. Sejak pertama kali naik, sepertinya tak mudah bagi Dian untuk menakhlukan tantangan yang menurut saya baru itu. Cuma ada dua hanger di situ, dan jaraknay cukup jauh. Dari bawah, saya, Sani serta Freden yang saat itu menjadi bilayer terus memberi semangat dan petunjuk agar Dian terus semangat sampai puncak ujung cimney.dan benar saja, untung bukan saya yang jadi bilayer. Dian sempat terjatuh. Untung Ia sudah sempat menambatkan talinya pada hanger pertama. Akhirnya dengan susah payah Dian bisa mencapai ujungnya.
Akhirnya tiga orang yang tadi di bawah pun menyusul ke atas. Ternyata tak sesulit yang saya bayangkan. Dari atas kami lihat mobil Winda yang sudah terparkir di dekat pabrik dekat tebing. Menandakan kloter dua telah datang. Ada beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari pemanjatan cimney tadi. Pertama saat Dian memanjat dia sering hampir untuk menyerah, turun saja. Dia sering bilang,”Ngga bisa”. Tapi dengan dorongan semangat dari yang ada di bawahnya akhirnya Ia sampai juga. Nah dari situ saya mendapat pelajaran bahwa saat sedang memanjat, medan memang terasa menjadi sangat sulit. Tapi kalau kita yakin, atau kalau nggay ya ada yang meyakinkan kita, pasti bisa. Ngga ada yang ngga bisa kecuali makan kepala sendiri. Pelajaran yang kedua saya dapat dari Sani ketika kami sempat ngobrolin tentang pentingnya bilayer saat Dian sempat terjatuh. Bahwa pemanjat dan bilayer adalah pasangan yang paling sejati di dunia ini. Gimana tidak ia memegang nyawa pasangannya itu. Setelah cukup lama foto-foto di cimney, kami berempat turun lagi dengan menggunakan dua tali agar tali bisa kami bisa bawa pulang lagi. Saya turun duluan karena merasa punya kepentingan yang sudah saya tunda-tunda. Sholat .


Evaluasi
Pemanjatan hari itu ditutup dengan guyuran hujan. Semua yang ada di tempat itu langsung menuju tenda. Kemudian membereskan alat-alat untuk dipakai besok pagi. Sepertinya yang datang menyusul pun telah bergabung.Ada tetu, Inda, Winda, sama Mas Sigit. Sambil menunggu sempat kami ngobrol dan mendapat banyak pelajaran tentang sejarah. Karena kebetulan kami bareng sama temennya Bambang yang kuliah di jurusan Sejarah Universitas Padjajaran. Banyak yang kami obrolin di situ. Dari mulai sejarah zaman kerajaan sampai zaman orde baru tuntas kami bahas. Setelah kira-kira semua siap untuk evaluasi, saya diminya untuk mengevaluasi kegiatan pada hari ini karena saya dianggap paling terlibat dalam kegiatan hari ini. Cukup banyak yang kami evaluasi. Termasuk pelajaran yang saya dapat hari ini, kejadian-kejadian di cimney, dan bagaimana membuat pitc yang sepertinya tadi kurang sip karena keterbatasan hanger.
Setelah evaluasi selesai, dilanjutkan dengan brifing teknis untuk keesokan harinya. Dalam brifing tersebut disepakati. Kami memulai kegiatan jam tujuh pagi. Kemudian saya menjadi leader yang pertama. Dibilay oleh Inda. Kemudian Winda dengan Ade. Karena kami merasa perut kami cukup lapar Freden berinisiatif untuk berangkat membeli makanan dengan manarik iuran seikhlasnya. Saya menemani Freden mencari warung makan dan akhirnya menemukan warung padang yang harganya tak terlalu mahal.
Setelah menutup berbagai macam obrolan dan makanan, langsung saja kami tidur. Sebelum tidur Bambang pamitan sama temennya mau pulang duluan. Bli Bayu datang saat kami tidur. Dengan atau tanpa sleeping bag pun di citatah ternyata tidak terlalu dingin.
Hari kedua
Sesuai rencana, jam tujuh kami siap untuk beraktivitas. Tapi karena makanan sudah datang saya terpaksa melepas alat-alat yang sudah terpasang di badan untuk sejenak mengisi perut dulu. Kemudian selesai makan pemanjatan siap dilakukan. Tapi ternyata tak semudah itu. Alat-alat yang sudah siap saya bawa ternyata masih banyak yang perlu dibenahi. Ada yang terlalu banyak lah, kurang lah, atau letaknya salah kanan kirinya.
Saya memulai pemanjatan dengan lancar ditemani Inda sebagai bilayer. Sayangnya masih makan waktu terlalu banyak. Saat membuat pitc ada Sani serta Bli yang membimbing. Sementara Dian mengambil gambar dengan memanjat melalui tali statis memanfaatkan jumar. Sedangkan yang lain spot-spotan di tebing sebelah timur. Kemudian setelah selasai memanjat saya turun dengan repelling. Saya harus sholat duhur. Semantara Sani dan Dian pamitan duluan ada kepentingan mengenai tugas kuliah. Setelah saya selesai sholat sama Ade, sekarang gilirannya Ade sama Winda. Namun sayang sekali, saat mereka baru mau mulai menyiapkan alat-alat, hujan deras mengguyur Kecamatan Padalarang. Terpaksa mereka menunda pemanjatan. Semua yang ada langsung menuju tenda sambil membereskan alat-alat. Sementara Brian masih sibuk atas goa merapikan tali di bawah guyuran hujan. Setelah brian selesai dan ikut bergabung di tenda. Banyak hal yang kami obrolin. Dari yang isinya berbobot sampai yang omong kosong belaka kami obrolin. Termasuk tebak-tebakan yang dipaksakan sama Brian. Dari situ terasa hangatnya kebersamaan walaupun kondisi tempat kami duduk benar-benar tidak nyaman. Tak ketinggalan juga ma Sigit dengan banyolannya yang khas tak hentinya membuat gigi selalu meringis.
Pulang
Mas Sigit sebagai yang paling tua mengusulkan, kalau sampai jam lima sore belum reda juga mau ngga mau kita pulang. Dan benar hampir jam lima, air dari langit itu masih juga turun. Kami pun membereskantenda di bawah gerimis. Beberapa barang Yang berat dimasukkan mobil Winda. Kami pulang, ada yang naik mobil ada yang naik motor. Hujan tak terlalu lebat saat itu. Barisan motor sempat mampir makan dulu di warung makan depan danau Ciburuy.
Barisan motor kira-kira sampai di kampus jam 19.00. seementara yang naik mobil ternyata sampai duluan. Bagus, jadi alat-alat sepertinya sudah dibereskan.
Perjalanan yang cukup menyenangkan. Penuh akan berbagai hal yang menginspirasi

gm-007-xix

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Haa..,ha.., akhirnya di upload juga....,

Anonim mengatakan...

Haa..,ha.., akhirnya di upload juga....,