Minggu, 23 April 2006

[Catatan Perjalanan] Tegal Panjang - Papandayan



SEL, Sunken Court ITB W-03 – Kamis, 30 Maret 2006, Pk. 09.30

Persiapan tim hura-hura yang terdiri dari Doncoy, Torah ‘boker’, Merin, Sigit, Oon dan Alwin untuk perjalanan menuju Tegal Panjang telah selesai. Rencana pemberangkatan awalnya pk. 07.00, namun karena harus belanja keperluan logistik terlebih dahulu dan ada beberapa peserta dari 2001 yang ketiduran di kost lalu baru bangun saat disamperin oleh Sigit ke rumahnya masing-masing akhirnya rencana pemberangkatan menjadi molor selama dua setengah jam. Acara pelepasan yang sederhana di depan wall KMPA-G disertai oleh Gugum dan diikuti oleh suasana yang haru menjadi semangat bagi kami untuk tetap berangkat hura-hura meninggalkan kesibukan kota.

Pk. 09.30 – 10.30

Perjalanan pertama dilakukan dengan naik angkot Kalapa – Dago dari Jalan Dago seberang Circle – K. Inilah pengeluaran pertama kami yaitu untuk naik angkot sebesar Rp. 2500,00 / orang. Sekitar satu jam perjalanan kami sampai di Terminal Kalapa dan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju perempatan jalan Ciateul untuk naik bus Pengalengan – Bandung. Ongkos angkutan sampai di Pengalengan sebesar Rp. 8000 per orang.

Pangalengan, Pk. 13.00 – 14.35

Selama perjalanan sekitar dua setengah jam dalam bis digunakan oleh beberapa anggota tim untuk melepas lelah setelah mengikuti muker semalaman suntuk. Sigit, Torah, Oon dan saya juga mencoba untuk tidur namun tampaknya hanya Sigit yang dapat tertidur dengan lelapnya. Sementara Doncoy dan Merin yang duduk terpisah tetap terjaga dengan saling curhat dan tertawa-tawa. Bus yang berjalan lambat akhirnya mengantar kami sampai di Terminal Pengalengan pada pk. 13.00. Setelah turun kami langsung mencari warung makan dan belanja logistik tambahan di pasar samping terminal. Kemudian kami mencari angkot yang dapat membawa kami menuju desa Sedep, ternyata supir angkot mampu membawa kami sampai di Desa Cibatarua yang merupakan desa terakhir untuk menuju Tegal Panjang. Ongkos angkot yang dikeluarkan sekitar Rp. 10.000,00 per orang.

Desa Sedep, Pk. 15.15

Angkot yang kami tumpangi mencapai daerah Sedep. Beberapa kali angkot sempat berhenti untuk menurunkan penumpang kemudian setelah semua penumpang habis, angkot langsung menuju desa Cibatarua yang disambut dengan jalan yang berbatu.

Desa Cibatarua, Pk. 15.45

Perjalanan yang ditempuh selama 30 menit membuat kami tidak dapat tidur di dalam angkot karena jalan yang berbatu-batu cukup membuat kendaraan yang kami tumpangi bergoyang hebat dan menimbulkan suara yang tidak mengenakkan. Namun rasa ini terobati dengan pemandangan kebun teh yang sangat luas disertai dengan udara dingin membuat kami selalu menolehkan kepala agar tidak ada pemandangan yang sempat terlewat. Setelah sampai kami langsung mencari warung terdekat untuk beristirahat dan persiapan sebelum berjalan.

Desa Cibatarua, Pk. 16.17

Setelah semua puas makan makanan kecil dan minum minuman hangat di warung, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan tempo yang cepat agar sampai di Tegal Panjang tidak terlalu malam.

Pk. 17.15

Kami tiba di pagar batas kebun dengan hutan setelah salah memilih jalan setapak untuk menuju jembatan agar dapat berpindah punggungan. Di pagar batas hutan sederhana yang terbuat dari tonggak kayu ini kami beristirahat sebentar sekitar 10 menit.

Pk. 21.00

Malam yang gelap ditambah dengan gerimis hujan mulai membuat kami berjalan selangkah demi selangkah dalam jarak yang rapat karena hanya 3 dari 6 orang satu tim yang membawa senter. Namun perjalanan kami terhambat karena jalan yang kami lalui ternyata berubah dan tidak berakhir ke batas hutan dengan padang Savanna tetapi terus menembus hutan dengan jalan yang menanjak. Kebingungan mulai menyelimuti pikiran kami dan akhirnya diputuskan untuk beristirahat sejenak sambil 3 orang dari kami yaitu Sigit, Doncoy dan Oon mencari jalan sebagai tim advanced. Sekitar 10 menit mereka kembali dan memberi kabar bahwa jalan menuju padang belum ditemukan karena jalan yang dilalui mentok pada tebing. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali menyusuri jalan semula untuk menuju sungai dan mendirikan camp sementara.

Pk. 21.40

Kami menemukan tempat bekas bivouac yang sepertinya ditinggalkan oleh kelompok Pencinta Alam saat pendidikan dasar. Tempat yang dipilih cukup datar dan dekat dengan sungai namun dikelilingi oleh banyak tanaman berduri. Dalam waktu yang singkat kami mendirikan tenda dome dan masak makan malam yang sangat lezat, yaitu ayam panggang + nasi. Setelah makan malam kami langsung merapikan tenda dan tidur dengan kondisi saya tidur di teras tenda karena tidak cukup untuk tidur di dalam tenda sebanyak 6 orang. Meskipun cuaca dingin karena gerimis hujan namun dalam waktu sekejap semuanya tidur dengan lelapnya.

Jumat, 31 April 2006 – Pk. 09.00

Tiba-tiba saya dibangunkan oleh Merin dengan diguncang-guncang dan sambil berteriak-teriak memanggil Doncoy karena nasi yang dimasak Merin sedikit hangus. Tampaknya Merin yang bangun paling pagi diantara kami berenam. Cepat-cepat kami akhirnya bangun dan masak makanan untuk sarapan pagi ditemani dengan sinar matahari yang hangat dan beberapa ekor lebah berkeliaran di sekitaran tenda. Saya dan Sigit akhirnya memutuskan untuk pergi mencari jalan menuju padang Savanna Tegal Panjang. Setelah mencari berputar-putar selama satu jam-an akhirnya saya dan Sigit berhasil menemukan jalan yang ternyata dekat dengan tempat kami beristirahat sementara pada waktu malam, hanya jalan yang ditemukan tersebut tertutup oleh dahan-dahan pohon yang cukup lebat dan menimbulkan kesan seperti semak-semak. Mungkin karena telah ditinggal dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya secepatnya kami bersiap-siap untuk membereskan tenda dan sarapan pagi yang belum jadi untuk melihat padang Savanna hijau yang baru pertama kali saya lihat dan nikmati keindahannya.

Pk. 11.30

Seluruh angota tim kemudian berangkat dengan Doncoy dan Sigit sebagai tim advance untuk menyiapkan tenda sementara yang laiinnya baru berangkat setangah jam kemudian karena masih harus membereskan tenda dan sweeping sampah. Sekitar setengah jam jalan mendaki dan menembus semak-semak akhirnya seluruh anggota tim sampai di tepian hutan dan merasakan keindahan Tegal Panjang bersama-sama dengan duduk berbaris dan meluapkan rasa kekagumannya. Tak lama kami langsung membagi tugas untuk bekerja menyiapkan tempat camp dan masak makan pagi yang belum selesai. Seperti biasa sang super DU, Doncoy langsung memasak makanan yang dibantu oleh Merin, Sigit berlagak seperti sang koboi langsung sigap untuk mencari kayu sementara yang saya, Torah dan Oon bergegas untuk menyiapkan tenda. Kemudian berlanjutlah suasana kemping yang sangat menyenangkan tanpa badai yang menerpa dan mampu merusak suasana heping pan kami.

Sabtu, 1 Maret 2006 – Pk. 05.40

Pagi-pagi saya terbangun dengan mendadak karena suasana perut yang tidak mendukung dan mengharuskan saya untuk buang air besar. Akhirnya dengan terpaksa saya bangun dan mulai mencari perlengkapan lengkap untuk menunaikan tugas mulia tersebut. Setelah selesai saya kemudian memasak kopi susu hangat dan duduk sendiri di teras tenda sambil melihat pemandangan Tegal Panjang saat pagi yang sangat dingin. Kabut tebal yang turun ditiup angin ditemani dengan turunnya rintik-rintik air dari embun yang turun membuat pagi yang indah ini sayang sekali untuk dilewatkan. Perlahan-lahan matahari mulai muncul dari sela-sela awan dan kabut membuat suasana menjadi sedikit hangat.

Pk. 08.00

Akhirnya semua anggota tim telah bangun dan mulai makan sarapan pagi berupa nasi dengan omelet dari telur + indomie goreng. Setelah makan kami mulai bersiap untuk berangkat karena ingin mencoba jalur baru menuju Papandayan yang pada hari sebelumnya ditunjukkan oleh salah seorang senior saya yang bertemu di padang Savanna. Namun karena hari mulai terlihat mendung dan banyak dari anggota tim yang harus menunaikan tugas mulia dengan bergantian golok yang hanya satu membuat kami baru bisa berangkat sekitar 4 jam kemudian setelah semua tenda dan perlengkapan kemping selesai dibereskan.

Pk. 12.20

Kami mulai berangkat melanjutkan perjalanan menuju pondok Salada di jalur menuju gunung Papandayan. Tempo perjalanan cukup cepat karena udara yang menyelimuti sangat dingin namun sering pula kami berhenti sebentar untuk mengabadikan kenangan bersama keindahan Tegal Panjang yang sebentar lagi akan kami tinggalkan.

Pk. 14.50

Perjalanan selama dua setengah jam cukup menyiksa kami. Dinginnya suhu dan cuaca yang mendung cukup membuat tangan kami kaku dan sangat susah untuk melinting rokok tembakau yang dibawa. Meskipun jalan yang ditempuh berupa jalan setapak yang sudah jelas dan cukup terbuka namun kami beberapa kali perlu berhenti pada percabangan jalan untuk mencari streamline yang berwarna merah dan biru agar tidak nyasar. Di beberapa tempat selama perjalanan terlihat ada streamline dari kain merah yang bertuliskan “Diklatsar Wapala”. Saya pun beberapa kali sempat tersandung batang pohon dan terjatuh karena udara yang dingin mengharuskan kami untuk berjalan cepat agar badan tetap hangat. Di akhir perjalanan kami sampai di pondok salada yang merupakan shelter pertama sebelum mendaki gunung Papandayan. Suhu yang terukur dari HP Torah sempat menunjukkan angka 12 oC. Kami lalu berhenti cukup lama di warung untuk menunggu senior saya yang menjanjikan akan pulang bersama ke Bandung dengan naik Jeep Trooper dari Departemen Biologi ITB. Saat nongkrong di warung kami juga bertemu dengan kelompok PA lain dari Jakarta dan Bandung.

Pk. 15.45

Kami lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat parkir yang merupakan pintu masuk ke Cagar Alam Gunung Papandayan. Jalan yang dilewati harus memutar dari jalan utama melewati bibir kawah belerang karena jalan utama terjadi longsor dan belum diperbaiki. Ketika berjalan melewati kawah kami sempat berhenti beberapa kali untuk mengambil foto bersama.

Pk. 16.50

Sampailah kami di tempat parkir yang ternyata sangat sepi. Mobil Jeep Trooper sudah standby dan terlihat sedang menunggu kehadiran kami untuk dijemput. Namun ternyata mobil yang akan ditumpangi sudah penuh oleh orang-orang dari Biologi yang ikut menjemput senior saya. Dengan perasaan kecewa dan bingung karena duit telah menipis kami akhirnya merelakan kendaraan penjemput kami pergi dan mulai menawar kendaraan pick up yang bersedia untuk mengantar kami menuju Mesjid di bawah. Setelah melakukan negosiasi harga yang cukup memberatkan kondisi financial dan harga diri kami, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki – sekalian mengenang suasana Long March – turun menuju desa.

Pk. 17.15 – Pk. 19.40

Perjalanan dengan berjalan kaki pun dilakukan dengan suasana hati yang awalnya riang dan bergembira karena keputusan yang diambil cukup konyol. Semakin lama berjalan saya pun sedikit kesal dengan perkataan dari Oon yang memberitahu bahwa perjalanan turun hanya setengah jam sampai ke desa terdekat, namun waktu yang dibutuhkan dengan berjalan kaki ternyata hampir mencapai dua setengah jam! Dengan kaki yang pegal dan perut lapar kami akhirnya sampai di Mesjid kemudian cepat-cepat menanyakan angkutan yang dapat membawa kami pulang ke Bandung karena Elf yang biasanya dapat mencapai Bandung sudah habis pada pukul 18.00. Tak beberapa lama kami memutuskan untuk menaiki angkot yang mampu membawa kami menuju Terminal di daerah Garut dengan informasi bahwa di terminal tersebut akan mudah untuk mencari bus menuju Bandung. Setelah proses tawar-menawar, disepakati tarif angkot untuk membawa kami berenam sebesar 20.000 rupiah.

Pk. 20.15 – Pk. 21.10

Kami tiba di terminal bus antar kota. Karena perut yang lapar dan mengingat Merin yang memiliki penyakit maag kami akhirnya memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu. Setelah menghitung total uang yang kami miliki, kami dapat mengisi perut dengan harga makanan maksimal sebesar 2000 rupiah perorang. Jadilah kami makan kenyang dengan nasi + tahu dan tempe disertai sambal dan kecap di warung nasi terdekat. Setelah perut kami kenyang, kami melakukan tawar-menawar kembali dengan calo bus yang ada di terminal untuk mengantar kami sampai di Bandung. Namun harga angkot yang ada ternyata tidak cukup untuk kondisi keuangan kami, selain itu bus Garut – Bandung yang dapat mengantar kami ke Terminal Cicaheum ternyata sudah habis pada pukul tujuh sampai dengan setengah delapan malam. Banyak pendapat dari kami untuk memilih antara naik mobil angkutan kecil atau menunggu di terminal sampai dengan besok paginya agar dapat menaiki bus Garut – Bandung yang baru jalan pada pukul empat pagi.

Berdasarkan informasi yang didapat dari supir bus di dalam terminal, kami akhirnya memutuskan untuk naik bus menuju Jakarta tetapi kami turun di gerbang tol Cileunyi untuk berganti angkot manuju terminal Cicaheum. Ongkos angkutan sampai dengan gerbang tol Cileunyi sebesar 5000 rupiah.

Pk. 22.00

Dengan kondisi tidur yang tidak nyenyak kami dibangunkan oleh kondektur bisa yang memberitahu bahwa tempat kami turun sudah dekat. Bergegas kami turun sambil menyiapkan barang bawaan agar tidak ada yang tertinggal. Setelah turun, kami berjalan kaki menyebrang jalan menuju tempat angkot-angkot yang sedang ngetem. Setelah bernegosiasi harga oleh Sigit, kami akhirnya menaiki angkot Cibiru – Cicaheum dengan tarif miring sebesar 20.000 rupiah. Selama di angkot suasana kembali ceria karena kami telah berhasil sampai di Bandung dengan uang yang pas-pas – an.

Cicaheum, Pk. 22.30

Sampai juga kami di terminal Cicaheum dan langsung kami melakukan negosiasi kembali dengan supir angkot menuju gerbang belakang kampus ITB. Tak sampai 5 menit, kami akhirnya dapat naik angkot Cicaheum – Ledeng dengan ongkos 20.000 rupiah untuk berenam. Selama perjalanan kami berpikir mungkin karena bau yang tidak sedap dan penampilan kami yang kotor membuat banyak orang yang turun untuk berganti angkot setelah naik bersama dalam waktu yang cukup singkat.

Gerbang Belakang Kampus ITB, Pk. 23.00

Akhirnya berakhirlah perjalanan kami dari Bandung – Tegal Panjang kemudian dilanjutkan ke Papandayan dengan segudang keceriaan dan kekecewaan serta petualangan karena kondisi keuangan yang kurang. Dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan syukur pada Tuhan yang telah menyertai perjalanan kami dan kepada rekan-rekan satu Tim – Torah, Doncoy, Merin, Sigit, Oon – terima kasih pula karena telah memberikan pengalaman dan suasana perjalanan yang sangat menyenangkan. Semoga catatan perjalanan ini menjadi kenangan dan cerita bagi kita semua. Viva KMPA Ganesha!! J

Submitted by :

Alwin’z [G – 201 – XV ]

N.B : Ini catatan perjalan pertama gw hehe...jadi kalo ada yang salah atau kurang tulung dikoreksi yup...Thanks cuy!! Oh iye.. kalo bisa dimuat di website yah biar gwnya eksis dikit gituh (pertama kali pake no. anggota) hehe...