Jumat, 16 Maret 2012

Menaklukkan Tebing Lawe



Conquer Lawe Cliff!

Oleh : KMPA Ganesha ITB sub divisi Rock Climbing

                   Kisah dimulai ketika kami merencanakan untuk membuat perjalanan menuju Tebing Lawe yang terletak di Desa Kendaga , Banjarnegara Jawa Tengah. Perjalanan kami kesana dimaksudkan untuk menambah pengalaman sekaligus untuk mengaplikasikan ilmu yang telah kami dapatkan di sub divisi kami tercinta ini . Dan pemilihan lokasi yang berada di luar Jawa Barat dipilih karena KMPA masih memiliki sedikit data tentang tebing-tebing yang di luar Jawa Barat, jadi ibaratnya sekali mendayung , dua tiga jeram terlalui. Untuk itu sebelumnya dari jauh-jauh hari, kami telah berlatih untuk tebing Andesit yang konon merupakan tebing tertinggi di Jawa Tengah ini. Rencananya kelompok pemanjat akan terdiri dari tiga orang yaitu , Dika , Inda dan Joseph. Sedangkan pembimbingnya adalah Bambang , Brian dan Maul.
                   Tapi tak kenal maka tak sayang…Setelah sebelumnya mencari info dari ASTACALA Telkom maka pada tanggal 2 Juli 2011, dilakukanlah survey Tebing Lawe yang dilakukan Dika dan Inda , (tanpa pembimbing soalnya tugas pembimbing yang tidak dapat diabaikan) sehingga dengan langkah tak gentar berangkatlah dua orang ini menuju target sasaran sebagai surveyor (yang akhirnya malah mirip wisatawan nyasar)…Setelah beberapa hari di Purwokerto , untuk mengurus perijinan di KPH Banyumas Timur dan Polres Banjarnegara dan melihat langsung kegagahan tebing Lawe dari dekat ( ditemani teman-teman dari FAKTAPALA STAIN Purwokerto dan UPL MPA Unsoed), ketika sudah puas dengan info yang kami dapat (dan Lumpia BOOMnya…) kamipun pulang ke Bandung pada tanggal 7 Juli 2011.
                   Presentasi untuk massa KMPA pun disiapkan dan setelah dua kali presentasi yang alot ( dan perencanaan hal lain) , kamipun menarget untuk berangkat tanggal 17 Juli malam , naik kereta dari Kiaracondong menuju Kroya yang bertarif Rp 20.000 per orang. Tapi malang tak bisa dihalang , galau tak bisa dihalau, kami mendapat kabar bahwa salah satu “brother-in-arm” kami , Joseph , yang juga merupakan kelompok pemanjat berhalangan untuk meramaikan jagat penaklukan Tebing Lawe karena ayahanda beliau yang sakit keras di kampung halaman . Walaupun kami merasa  sedih karena rekan memanjat yang berkurang , semangat kami tetap menyala untuk menaklukkan tebing Lawe , dan posisi pengganti Joseph dianugrahkan pada salah satu pembimbing kami , Bambang.
                   Setelah menyiapkan alat dan logistik yang akan dibawa , Malam hari , 17 Juli 2011 pukul 19.30 , kami bersiap berangkat menuju Kircon , tapi apa dinyana…kakak kami tercinta yang baru lulus tahun ini , Sani, menraktir kami di McDonald Dago. Kamipun menikmati makan malam yang nikmat disana ( …Inda makan Big Mac, gila emang kekuatan cewek satu ini…-_-) . Setelahnya , kami menuju KiaraCondong dan bertemu dengan Maul yang menanti di depan gerbang.
                   “Lama amat sih…” tukas Maul.
                   “Ya sori, kita ke McD dulu…nih dibeliin burger.” Jawab Brian.
                   Maka jadilah kereta berangkat jam 21.30 , dengan keadaan kereta yang padat merayap. Kami harus bertahan selama 7.5 jam disana ( hal ini tidak berlangsung lama, karena sejam kemudian gerbong kesatu dibuka , dan kami semua bisa tiduran disana…^^)
                   Pukul 05.00 pagi , 18 Juli 2011 , kami tiba di Kroya. Setelah itu langsung melanjutkan perjalanan menuju Purwokerto dengan bis yang berkisar Rp 6000-8000 perorang. Perjalanan memakan waktu satu jam dan ketika kami tiba di terminal Purwokerto (dengan keadaan capai dan lapar) , kami bermaksud untuk singgah di UPL MPA Unsoed sekaligus untuk mengambil surat ijin dari KPH yang telah kami ajukan pada survey lalu. Kami disambut dengan hangat dan untuk menemani kami mengambil surat maka jenderal besar UPL ‘Mas Anas’ langsung menawarkan diri untuk mengantarkan . Jadilah Mas Anas dan Dika , mengambil surat ijin di KPH yang memakan waktu dua jam karena pengelolaan surat yang berbelit-belit (Indonesia…indonesia…-_-)
                   Setelah surat KPH di tangan , target selanjutnya adalah mengambil surat ijin dari Polres Banjarnegara dan membeli logistic di Banjarnegara. Dengan bus bertarif Rp 15.000 dan waktu 2 jam , kamipun tiba di Banjarnegara. Cuaca sudah mulai mendung kala itu, tanda kalau kami harus bergerak cepat. Tugaspun dibagi dan ditentukan kalau Dika dan Brian mengambil surat ijin di Polres , Inda dan Maul membeli bekal makanan dan Bambang menunggu di musholla. Pengambilan surat di polres tidak terlalu bertele-tele dan setelahnya kami makan siang. Lalu dengan bis yang menuju Greseng {?Apaan ya lupa,tolong koreksinya}, kami menuju Desa Kendaga yang memakan waktu 30 menit dan uang Rp 20.000 (untuk kami semua) . Kami tiba di basecamp rumah Pak Marjuki yang terletak di depan musholla pukul 16.45. Disana kami bertemu dengan anak-anak MAHITALA Unpar , yang mempunyai niat mulia yang sama dengan kami yaitu menghancurkan tebing Lawe, …jreng…jreng…dung..tak …”Siapakah yang akan memenangkan pertarungan ini?”
                   Yah, lanjut…karena cuaca yang sudah gerimis dan sangat berkabut maka acara orientasi medan sore ini ditunda besok pagi, dan kami pun meracking alat saja. Sementara anak mahitala yang pergi ke top lewat jalur belakang sampai pukul 20.00 malam belum tampak batang hidungnya, ( padahal hujan loh…malam-malam lagi, apa nggak takut diculik tuh…) Dan setelah mendiskusikan strategi penyerangan untuk besok bersama Bambang , Brian dan Maul , kamipun beristirahat untuk memulihkan kondisi kami.
                   Paginya pukul 05.25, Selasa 19 Juli 2011. Kami bangun dan memasukkan alat-alat yang diperlukan ke dalam carrier sementara Inda dan Maul menyiapkan makan pagi. Kamipun berangkat pukul 08.30 dari rumah Pak Marjuki menuju tebing yang memakan waktu 15 menit , dari jalan raya sudah tampaklah kegagahan tebing Lawe dari jauh. Setelah ormed sebentar kami menuju kaki tebing dan langsung meracking alat-alat. Pemanjatan dimulai pukul 09.00 dan saat itulah kami baru menyadari kesalahan FATAL kami…yaitu jenis hanger yang tidak cocok…
                   Memang Saya pun baru tahu kalau hanger yang dipakai di Lawe yaitu tipe rintisan ( tipe lama) dan hanger yang kami punya adalah hanger sport yang walaupun sama-sama 10 mm , tapi jelas fungsi dan aturan pakainya sangat berbeda dan hal inilah yang miss dari survey kemarin. Setelah tim pemanjat mengalami fall sebanyak 3 kali karena berusaha untuk menggunakan hanger sport di mata bor tipe perintis ini, maka strategi pun diubah. Dan akhirnya, kami berencana tidak akan menggunakan hanger perintis yang sudah disana tapi mengebor baru dengan hanger tipe sport kami. Dan hari ini kami hanya berhasil menempatkan satu hanger sport di ketinggian 4 meter, kamipun mengakhiri kegiatan pemanjatan hari itu…(Sedangkan tim Mahitala yang mengambil jalur di sebelah kanan jalur kami telah membuat pitch 1 di ketinggian 15 meter~, tapi hati-hati bro, walaupun gampang dipanjat  batu disana gampang lepas…).
                   Senjapun tiba dan hujan mulai turun, dan anak-anak mahitala juga bergegas mengakhiri pemanjatan, yah memang menurut penduduk setempat juga tiap sore sekitar jam 3 sore keatas , kawasan tebing lawe pasti dilanda hujan, dan hal ini sudah berlangsung selama 5 hari…, info yang menarik.
                   Btw , fall yang dialami tim pemanjat disebabkan karena berbagai macam hal. Pada fall pertama yang dialami Dika, ini karena posisi pemasangan yang kurang pas, karena hanger pertama yang akan dicoba pasang (dan karena tipe hanger yang berbeda) maka oleh Dika dipasangnya sambil duduk di atas slab, karena kalo sambil berdiri setengah memanjat , sangat sangatlah susah….Ternyata karena lumut maka slab itu malah berfungsi selayaknya perosotan, jadilah Dika jatuh dari ketinggian 3 meter dan mendarat dengan pantat duluan ke tanah. Sedangkan fall kedua dialami Inda, saar memasang hanger kedua , Inda menginjak hanger pertama yang tidak sempurna bukan slabnya sehingga karena tidak kuat terbeban , hanger pertamanya lepas dan jadilah Inda terpelanting ke tanah dengan lagi-lagi pantat duluan. Saat fall ketiga , hanger kelima yang dipasang Dika (ratingnya perunggu…) nggak kuat menahan beban saat Dika dibelay turun , dan jadilah Dika jatuh dari ketinggian 6m~ dengan punggung duluan, dan bodohnya hanger keempat dan kedua (yang ratingnya emas) malah ga dimasukin tali merahnya….lanjut.
                   Malamnya kami mengadakan evaluasi tentang blunder hari ini, dan diputuskan bahwa kami akan menggunakan plan B perjalanan (yang sebelumnya yaitu plan A “Memanjat sampai puncak Lawe”) yaitu merevitalisasi jalur panjat menuju pitch 1 dan membuat jalur sport di kawasan tebing Lawe itu sendiri. Setelah mendapatkan nasihat serta wejangan dari pembimbing, kami pun tertidur lelap untuk menyiapkan diri keesokan hari ( tidur Inda dengan pantatnya yang masih pegal dan Dika dengan punggungnya yang ngilu…ouch :3). Oh ya, kami kedatangan anggota baru yaitu Cahyo yang mampir setelah mengikuti lomba orienteering di Solo, dan beruntung masih ada Ojek ke Desa Kendaga…Welcome to the Party , Cah…!!
                   Hari kedua pemanjatan , Rabu 20 Juli 2011, setelah makan pagi dan ‘memberi makan ikan lele’ dulu, kami berangkat menuju tebing pada pukul 08.00 dan mulai memanjat lagi pukul 09.00 . Kali ini Dika naik terlebih dahulu dengan SRT lalu menempatkan hanger di atas tambatan tali statis. Lalu dengan hanger yang baru dipasang (dan keyakinan tidak bakal ‘fall’ lagi…) , tanpa makan waktu lama hanger ketiga pun ditempatkan dengan teknik memanjat aided Climbing. Lalu pukul 11.15 , Dika digantikan oleh Inda yang memasang hanger keempat yang tepat sebelum ‘belokan’ ke kiri menuju pitch 1. Lalu Inda turun dan kami sama-sama menikmati makan siang. Lalu, pukul 13.30 pemanjatan kembali dilakukan oleh Dika yang menempatkan hanger kelima , tapi karena punggung yang masih sakit, Dika digantikan oleh Inda kembali , yang menempatkan hanger keenam dan lalu memasang tambatan tali statis untuk keesokan harinya. Cuaca sudah mulai gerimis kala itu, dan kami memutuskan untuk mengakhiri pemanjatan hari ini. Sementara itu , Mahitala menurunkan tim baru yang memanjat di sebelah kiri jalur kami yang menarget pitch 1 dengan rute pemanjatan aided climbing yang lurus langsung menuju pitch 1. Sedangkan tim mahitala yang kemarin mengambil jalur menyamping ke kiri menuju pitch 1 dan baru memasang 4 hanger . Kamipun kembali ke basecamp rumah Pak Marjuki melalui jalan yang becek dan licin karena hujan (dan pembimbing kami Brian pun terpeleset dengan indahnya…)
                   Malamnya setelah menentukan strategi lanjutan untuk besok, datang dua anak (yang satu keponakan Bu Marjuki) yang penasaran tentang keramaian di rumah Bu Marjuki.
Setelah berkenalan ternyata kedua anak itu bernama xxx dan yyy {AKU LUPAAAA?? BODOHNYA…} , lalu karena Brian fasih dalam berbahasa Jawa , entah mengapa kedua anak itu malah diajari pelajaran Matematika, benar-benar mulia kegiatan kami ini selain memanjat juga membantu memajukan pendidikan di Indonesia. Lalu , karena malam sudah mulai larut maka kedua anak itu berpamitan dan kamipun beristirahat untuk besok…
                   Pagi hari yang cerah , Kamis 21 Juli 2011…hari ini diawali dengan sayur sop yang nikmat , dan setelah bersiap kami kembali ke tebing pada pukul 08.30. Setelah sampai di tebing, racking dimulai dan sebagai pemanjat kita yang pertama adalah Dika. Pemanjatan dimulai pada pukul 08.45 dan diakhiri (dengan memalukan) pukul 09.45 .
                   “Jalannya licin banyak lumut lagi….takut ahh, turunin aku Ndaaaa…” teriak Dika dari atas.
                   “Ahhhh…” penonton di bawah mendesah dengan nada kecewa.
                   Akhirnya , Inda mengambil alih pemanjatan. Kata Dika sembari ngebelay, jalur yang licin itu (walaupun slab dan terlihat enak dilalui…) lebih aman dilewati kalau dipasang hanger satu lagi , alasannya untuk pendukung psikologis pemanjat. Ternyata hanya dalam setengah jam Inda sudah nangkring di pitch 1…
                   “Hahahaha…potong Barbara lo, Dik…hahaha, kaya gini doing ngga bisa.” Tawa Inda yang lagi ngebor buat hanger di pitch 1.
                   “F*CK…” kata Dika dalam hati karena ‘adik’ nya dibawa-bawa.
                   Ketiga tim saat itu mulai mengebor dari berbagai arah menuju pitch 1 , benar benar seperti lomba 17-an membuat lubang terbanyak…hehehe jarang-jarang lihat anak RC manjat bareng-bareng kayak gini.
                   Saat menempatkan hanger kedua , tim basecamp kedatangan tamu dari jagadpala , PA dari fakultas fmipa Unsoed serta seorang lagi dari Jogja (ntah nama sebenarnya siapa, tapi dia menyebut dirinya {Ahh…aq lupa lagi nih harus nanya Bambang, kontol kobong mungkin namanya?}, setelah menempatkan hanger kedua di pitch 1 dan menambat tali statis, maka pemanjatanpun dihentikan karena cuaca sudah cukup sore, dan hujanpun mulai turun . Tapi sebelum pulang , kami menentukan dulu jalur sport yang akan dibuat besok dan diputuskan mengambil tempat di bawah basecamp tebing , dan jalurnya juga lumayan pendek hanya tiga hanger . Dika yang dari tadi cuma mangkir (karena Barbaranya mau dipotong) akhirnya menawarkan diri untuk membawakan karier (yang sebelumnya dibawa Brian) , biar ada kerjaan…menyedihkan ya.
                   Malamnya , kami mengevaluasi kembali kegiatan kami selama disana , dan hal yang ditekankan ialah kapan pelaksanaan sosialisasi pedesaannya? Memang salah satu tujuan kegiatan kami yaitu sosped adalah faktor penentu kesuksesan perjalanan ini. Dan sampai sekarang yang baru diwawancarai adalah Bu Suswanto , si empunya warung (karena notabene kami suka beli rokok dan ngopi disana…) Setelah tersusun rencana yang matang , kamipun beristirahat dengan damai.
                   Jumat , 22 Juli 2011 , hari ini dibuka oleh teh yang dibuat Maul untuk kami. Setelah makan pagi, kami berangkat menuju tempat jalur sport. Sebelum memulai pengeboran jalur sport, tugas yang harus dilakukan pertama kali adalah melepas hanger sport ketiga kami (karena jaraknya dengan hanger kedua terlalu pendek) dan memfoto keadaan di pitch 1 , dan tugas mulia ini diberikan pada Dika. Setelah naik ke pitch 1 dengan teknik SRT dan bantuan tali tim Mahitala 2 (tim yang di sebelah kiri kami , yang ada Prita yang cute…>_<) , maka keadaan sekitar pitch 1 difoto lengkap dengan hanger yang baru dipasang Inda. Jam telah menunjukkan 10.55, hampir solat jumat ,  dan tanpa babibu , Inda memasang tambatan di batu besar dan Dika segera rapelling untuk membuat  jalur SRT yang akan digunakan untuk pengeboran . Karena Dika harus solat jumat , maka Dika segera naik lagi dan dalam waktu 15 menit telah menyelesaikan lubang untuk hanger teratas jalur sport ini. Lalu Dika , Bambang dan Brian kembali ke Desa Kendaga untuk melaksanakan solat jumat, dan tugas pengeboran dilanjutkan Inda. Setelah melaksanakan solat jumat ternyata Inda sudah dalam proses perampungan hanger terakhir. Pemasangan hanger selesai pukul 14.00 . Dan tibalah saatnya test jalur . Kalau dilihat, jalur sport ini memang pendek tapi tantangannya adalah pegangannya sangat kecil dan untuk mengandalkan friksi sangat susah karena adanya lumut ( bahkan masih ada air yang mengalir dari atas saat proses pengeboran) di tengah-tengah jalur sport itu. Dika mencoba memanjat , dan setelah berpikir lama dan melihat pegangan dan pijakan yang memungkinkan , Dika segera menuju ke atas dan dibelay turun ke bawah . Begitu juga Inda yang berhasil menuju hanger top, sembari mengeluh betapa licinnya jalur itu . Lalu runner di clean dengan cara ‘climb down’ oleh Dika dengan hidung tersumbat ingus karena 5 hari berturut-turut hujan-hujanan. Jam 15.45, kami memutuskan untuk segera kembali ke desa dan melakukan sosialisasi pedesaan.
                   Hampir magrib saat itu , dan Dika serta Inda memutuskan untuk bersilahturahmi ke rumah Pak RT , dari perbincangan dengan Pak RT itu kami mendapat hal-hal yang berhubungan dengan Lawe dan Desa Kendaga ini. Dari tebing lawe yang sering didatangi mahasiswa tiap tahun , pekerjaan penduduk desa , kisah horror di tebing Lawe dan semacamnya. Setelah minum teh manis dan keripik yang nikmat kami berpamitan dan kembali ke rumah Pak Marjuki.
                   Saat evaluasi , akhirnya diketahui kalau masih ada objektif yang belum dipenuhi dalam perjalanan ini yaitu mendokumentasikan keadaan di puncak atau top tebing . Karena dalam plan A , objektif ini dicapai ketika pemanjatan artificial selesai dilakukan. Maka dalam plan B , kami hanya menggunakan jalur belakang untuk mencapai puncak . Dari sana lalu kami akan rapelling ke bawah untuk memfoto medan tebing khususnya pitch 4 sampai puncak (karena panjang tali yang terbatas). Setelah selesai evaluasi , kamipun beristirahat.   Besoknya , Sabtu 23 Juli 2011 , karena proyek di Sumbawa maka pembimbing kami Brian tidak dapat menemani untuk acara hari ini karena harus segera ke Jogja untuk mengejar pesawat . Jadilah dengan 4 orang saja (Saya , Inda , Bambang dan Cahyo) berangkat menuju jalur belakang tebing Lawe, sedangkan Maul tinggal di basecamp untuk membeli logistic dan menyiapkan makan siang. Perjalanan ke gerbang jalur belakang tebing Lawe sendiri memakan waktu 20 menit dari rumah Pak Marjuki, dan untuk sampai ke puncaknya memerlukan waktu 30  menit lagi ( bisa lebih cepat kalo bawaannya ringan) . Sesampainya di puncak , kami mencari tempat tambatan untuk rapelling dan menemukan baut yang masih baru dan sepertinya hasil karya Mahitala . Tapi saat kami mencoba memalu baut yang menyembul itu, ternyata hasil pengeborannya masih longgar (atau tidak bulat sempurna lubangnya) dan yang lainnya masih bisa masuk ke dalam alias belum terlalu kencang masangnya. Hal ini membuat kami ‘ngeri’ untuk menggunakannya sehingga Dika memasang 2 hanger baru untuk tambatan rapelling. Pukul 11.45 , Inda mulai rapelling ke bawah membawa kamera dan perlengkapan secukupnya , sedangkan Dika hanya menunggu menatap langit . Tapi , akhirnya Bambang dan Cahyo yang bosan lalu datang merecok . Lalu bertiga membicarakan tentang perjalanan KMPA khususnya subdiv RC ini dari masa ke masa  , ini merupakan cerita yang menarik apalagi Inda lama banget fotonya. (Sementara itu kata Inda , naik ke atasnya lagi susah banget karena harus ngelewatin hang , hahaha…)
                   Setelah selesai , dan sudah puas dengan data yang sudah dikumpulkan kami lalu packing dan bersiap kembali ke rumah Pak Marjuki. Dalam perjalanan pulang , kami melihat kea rah Tebing Lawe yang telah memberikan pengalaman yang menarik dalam hidup kami dan entah kapan kami dapat kembali kesini….
                   Sesampainya di rumah , Inda dan Dika langsung tertidur pulas sementara Cahyo , Bambang dan Maul berbincang-bincang di ruang TV. Dan nampaknya . Jagadpala yang tempo hari lalu datang ke tebing Lawe untuk survey juga telah sampai di rumah Pak Marjuki dan merencanakan pemanjatan untuk besok , sementara anak MAHITALA sudah kembali ke Bandung siang tadi. Jadilah, yang kami kira hari ini sudah agak sepi karena Mahitala sudah pulang , ternyata tetap ramai seperti biasa…
                   Malamnya tidak diadakan evaluasi dan kami hanya duduk santai sambil mengobrol hal-hal kehidupan, dan sesuai rencana kami akan pulang besok sesuai dengan ijin ke polsek. Kami lalu beristirahat dengan pulas karena akhirnya tugas kami sudah selesai.
                   The promised day , Minggu 24 Juli 2011 . Setelah makan pagi dan mengabadikan momen Bambang memberi makan lele , kami membagi tugas  yaitu Bambang dan Cahyo pergi ke Polsek untuk memberitahukan kabar kepulangan kami menuju Bandung. Sedangkan Saya , Inda dan Maul membeli keperluan logistic di pasar terdekat untuk Bu Marjuki , Dika pun membelikan tamiya untuk Hafiz ( padahal niatnya buat pajangan di kosan loh…) Sekembalinya kami ke rumah Pak Marjuki, kami langsung berpamitan dan memberikan logistik serta tamiya sebagai kenang-kenangan (sayangnya stiker kmpa ga dibawa…) . Bu Marjuki lalu memberi kami sekarung salak pondoh , fresh from the garden. Setelah berfoto dengan Bu Marjuki , dan memfoto sekitaran desa kami pun pulang naik bus menuju Banjarnegara , dan dari Banjarnegara menuju Purwokerto . Saat di Purwokerto , Inda tinggal untuk laporan kepada Bang Freden yang akan pergi ke gunung Slamet hari selasanya (sekalian kencan ma Fred-Fred) , sedangkan tim lainnya bergegas mengejar kereta di Kroya yang berangkat jam 17.00 . Untungnya bagi kami , masih sempat mengejar kereta walau petugas karcisnya stress disuruh cepet-cepet sama Dika. Dan dengan selamat kami tiba di Bandung jam 00.00.
                   Perjalanan kami ke sini merupakan pengalaman yang sangat berarti dan sungguh saya tidak menyesal ke sini , karena banyak hal yang didapatkan . Dan saya yakin kalau misalnya perjalanan kali ini merupakan awal dari perjalanan yang seru kedepannya , bukanlah akhir….This isn’t the end.
                   Btw, catper ini edit ajalah…beda banget ma gayaku bikin catper sebelumnya , tapi yang penting bisa ngasih pandangan tentang perjalanan ini.  


3 komentar:

Yostal mengatakan...

Like This...lanjut Gan!

Anonim mengatakan...

работа В Интернете Регистрация На Форумах лучший Бизнес В Интернете новая Работа В Интернете сальдо Доходов анкеты Работа В Интернете [b][url=http://plusdruga.ru/]налог на совокупный доход[/url] [/b] гетти Пол Как Стать Богатым
[b][url=http://shtukarus.mg-s.biz]принципы доходов бюджета[/url] [/b] налогообложение Доходов Предприятия проверенные Сайты Для Заработка заработок В Интернете На Продажах [b][url=http://gold-million.ru]как рассчитать средний заработок 2012[/url] [/b] бюджетная Классификация Доходов Бюджета работа В Интернете Кликами премии В Среднем Заработке

____________________________
http://forum.hitlon.ru/index.php?/topic/165-%d0%b1%d1%8b%d1%81%d1%82%d1%80%d1%8b%d0%b9-%d1%81%d0%bf%d0%be%d1%81%d0%be%d0%b1-%d0%b7%d0%b0%d1%80%d0%b0%d0%b1%d0%be%d1%82%d0%b0%d1%82%d1%8c-%d0%be%d0%bd%d0%bb%d0%b0%d0%b9%d0%bd/
http://krrog.org.ua/foru/viewtopic.php?f=4&t=21201
http://deshevleturov.net/forum/threads/%D0%91%D1%8B%D1%81%D1%82%D1%80%D1%8B%D0%B9-%D1%81%D0%BF%D0%BE%D1%81%D0%BE%D0%B1-%D0%B7%D0%B0%D1%80%D0%B0%D0%B1%D0%BE%D1%82%D0%B0%D1%82%D1%8C-%D0%BE%D0%BD%D0%BB%D0%B0%D0%B9%D0%BD.77855/
http://kmariinka.ru/distribution/viewtopic.php?f=18&t=738

medan mengatakan...

Mantap ceritanya