Jumat, 16 Maret 2012

“NAVIGASI TERTUTUP”





Peserta perjalanan         :Hery Ramdhani, Andy Arissaputra Nugroho, Johan  Santoso, Muhammad Bainul, Idham Ahraf, Rachmat Hidayat, Fahmi Rosdiana, Emilio Bachtiar, Thirdo Setyo Arif, Bela Aprilia, Dinda Prayunita
Subdivisi                             :Gunung Hutan
Tanggal dan Hari             :Sabtu, 28 Mei 2011 – Rabu, 1 Juni 2011
Tempat                                : Subang - Sumedang
Tujuan perjalanan          : Praktek navigasi tertutup
Logistik perjalanan        :4 ponco,8 matras, 3 tenda, 2 fly sheet, 5 golok, 1 tali raffia besar, 2 jirigen, 8 carrier, 2 trangia, 8 kompor lapangan, 5 botol spirtus, 8 paket paraffin. 16 kg beras, 24 butir telur, 1 bungkus ikan asin, 9 buah sosis, sayur mayur, tempe, 2 kaleng sarden, 2 kaleng tuna, 12 bungkus snack ringan, 2 bungkus roti tawar, 10 bungkus minuman schacet, 1 bungkus kopi hitam, the dan gula
Akses menuju lokasi      :bus damri Bandung –Jati nangor, charter angkot menuju Subang
Waktu tempuh                 :sekitar 3 jam
Lokasi camp                      :
Kegiatan                              :
Hari pertama :
kami berangkat dari sel pukul 9, tiba di depan unpad Bandung, kami naik  hingga ke Unpad jatinangor. Kemudian kami charter angkot hingga subang tempat kami plot titik start navdar tertutup kali ini. Setibanya disana, singgah di mushola untuk ibadah shalat zuhur bagi yang islam. Dilanjutkan dengan orientasi medan,. Sebagai navigator pada hari pertama adalah mamat dan bela, sebagai penebas ami. Setelah smua yakin dengan posisi awal barulah kami berjalan menuju arah yang di tentukan navigator. Sekitar pukul 5 sore kami baru mencari tempat camp, sehingga dapat tempat baru setelah pukul 5.30 . shelter yang kami tempati hari ini bukanlah shelter 1 telah kami plot di kaki gunung kadaka
 Hari kedua     :
Sebagai navigator adalah emil dan dinda, sebagai penebas adalah ido. Serah terima jabatan dilakukan pada pukul 9, sehingga pergerakanpun baru di mulai pukul 9.30 .  Di perjalanan kami sempat berhenti cukup lama di perbatasan Subang-Sumedang karena navigator sedang mencari dan membuka jalur, namun akhirnya kami berbalik arah karena jalan benar-benar tidak bisa dilewati.  Hari ini kami berhasil meraih puncak Kadaka dengan ketinggian 1600 mdpl pada pukul 11.51. Istirahat siang kami lakukan di plana pada pukul 13.00 . Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju shelter ke-2. Namun sayangnya shelter ke-2 belum bisa dicapai, bahkan pada pukul 17.30 ketika hari sudah mulai gelap, kami masih berada di punggungan curam, dengan tipe tanah gembur yang rawan longsor. Kamipun membuat camp di atas punggungan tersebut yang ternyata terlalu sempit untuk dijadikan tempat camp.
Hari ketiga      :
Sebagai navigator adalah ami dan ido, sebagai penebas adalah mamat.  Pergerakan di mulai pukul 9. Arahnya kearah timur laut sesuai plot jalur yang menuruni punggungan terlandai dari puncak kadaka.  Di perjalanan kami menemukan kendalan jalan terputus akibat jurang di depan kami. Hal ini membuat saya sebagai navigator pada hari itu memutuskan unutk melipir, namun ternyata melipir  kali ini tidak membuat kami berpindah punggungan melainkan mengitari punggungan yang sama hamper 1 lap. Hal ini baru disadari navigator saat evaluasi di malam hari. Hari ketiga ini kami mulai mencari tempat camp pada pukul 16.30, sehingga kamipun dapat tepat waktu mebuat camp sekitar pukul 17.00. Namun lagi lagi ini bukan merupakan shelter yang ditargetkan yaitu shelter 3
Hari keempat:
Sebagai navigator adalah Bela dan Bainul, sebagai penebas adalah Emil.  Pergerakan dimulai pukul 9.00. Diawali dengan foto bersama di camp kami kali ini. Target kami hari ini adalah puncak Pangparang, pagi itu saya optimis bisa mencapai puncak Pangparang karena bainul sebagai navigatornya. Pada siang hari , kami beristirahat di pinggir sungai yang ada di kaki gunung Pangparang. Selesai istirahat navigator mencari punggungan yang tepat menuju Pangparang. Saat itu terjadi hal yang tidak di inginkan yaitu terpisahnya navigator dengan porter, hal ini bisa dikarenakan stream line yang di buat navigator kurang terlihat, terlalu jarang atau porter yang tidak konsentrasi karena terlena oleh jalan yang sudah terbuka. Akhirnya sekitar pukul 16.00 kami berhasil mencapai puncak pangparang. Setelah itu kami menuruni pangparang melewati punggungan sebelah utara kemudian membuat camp di punggungan itu. Merupakan kesalahan memang mebuat camp di punggungan karena angin berhembus kencang dari segala arah, apalagi di perjalanan kami kebasahan karena hujan, jadilah kami semua menggigil kedinginan di atas sana.
Hari kelima    :
Sebagai navigator adalah Mamat dan Dinda, sebagai penebas adalah idham. Sebenarnya, puncak berikutnya yang ingin kami capai adalah puncak canggak. Namun untuk mengantisipasi kemungkinan terburuknya kami memutuskan target shelter berikutnya adalah kaki gunung canggak. Hari kelima ini kami diliputi kegalauan untuk tetap menargetkan puncak canggak hingga finish atau kaki gunung canggak kemudian di evakuasi. Hal ini di karena persediaan logistic makanan yang hanya tinggal 1,5 hari lagi ditambah lagi navigator belum menemukan jalan cukup landai unutk dilewati menuju sungai di kaki gunung pangparang. Setelah makan siang kami bertemu penduduk local yang sedang memanen kopi, tanpa piker panjang dinda dan bela pun bertanya apakah ada jalan yang bisa dilewati unutk menuju sungai. Sangat disayangkan memang melakukan navigasi punten sehingga membuat navigasi ini tidak murni dengan usaha keras kami sendiri. kan Setelah melewati jalan menuruni punggungan terjal yang dibuat penduduk kami pun sampai di sungai sekitar pukul 16.00. Di pinggir sungai kami berdiskusi sejenak apakah akan melanjutkan perjalanan atau dievakuasi. Kami pun memutuskan untuk dievakuasi besok, setelah nge-camp 1 malam dan mandi-mandi di sungai keesokan harinya sebelum berangkat. Tapi ternyata kami tidak menemukan tempat camp yang cocok di pinggir sungai dikarena banyak telah banyak perkebunan warga. Akhirnya kami pun memutuskan untuk dievakuasi pada hari itu juga. Navdar kali ini pun ditutup dengan mandi di sungai. Pukul 17.00 kami berjalan menuju desa melewati sawah yang seperti tak berujung karena saking luasnya. Pukul 20.30 kami sudah berada di jalan raya tanjung siang kabupaten subang. Disini kami men-charter elp menuju Bandung kemudian dilanjutkan men-charter angkot menuju ITB.
Total biaya perjalanan  : -transportasi   : Rp 35.000 X 11 = Rp 385.000
                                                  -biaya lain-lain: Rp 65.000 X 11 = Rp 715.000
Kondisi LH setempat     :secara keseluruhan cukup asri, ditandai dengan hutan yang masih lebat dan air sungai yang jernih. Namun di beberapa tempat seperti jalur menuju puncak pangparang terdapat bungkus-bungkus makanan, selain itu disana  juga ditemukan serpihan kayu bekan penebangan,

Tidak ada komentar: