Peserta perjalanan :Hery Ramdhani, Andy Arissaputra Nugroho, Johan Santoso, Muhammad Bainul, Idham Ahraf,
Rachmat Hidayat, Fahmi Rosdiana, Emilio Bachtiar, Thirdo Setyo Arif, Bela
Aprilia, Dinda Prayunita
Subdivisi :Gunung Hutan
Tanggal dan Hari :Sabtu,
28 Mei 2011 – Rabu, 1 Juni 2011
Tempat : Subang - Sumedang
Tujuan perjalanan : Praktek
navigasi tertutup
Logistik perjalanan :4 ponco,8 matras, 3 tenda, 2 fly sheet, 5
golok, 1 tali raffia besar, 2 jirigen, 8 carrier, 2 trangia, 8 kompor lapangan,
5 botol spirtus, 8 paket paraffin. 16 kg beras, 24 butir telur, 1 bungkus ikan
asin, 9 buah sosis, sayur mayur, tempe, 2 kaleng sarden, 2 kaleng tuna, 12
bungkus snack ringan, 2 bungkus roti tawar, 10 bungkus minuman schacet, 1
bungkus kopi hitam, the dan gula
Akses menuju lokasi :bus damri
Bandung –Jati nangor, charter angkot menuju Subang
Waktu tempuh :sekitar 3 jam
Lokasi camp :
Kegiatan :
Hari pertama :
kami berangkat dari sel pukul 9, tiba di
depan unpad Bandung, kami naik hingga ke
Unpad jatinangor. Kemudian kami charter angkot hingga subang tempat kami plot
titik start navdar tertutup kali ini. Setibanya disana, singgah di mushola
untuk ibadah shalat zuhur bagi yang islam. Dilanjutkan dengan orientasi medan,.
Sebagai navigator pada hari pertama adalah mamat dan bela, sebagai penebas ami.
Setelah smua yakin dengan posisi awal barulah kami berjalan menuju arah yang di
tentukan navigator. Sekitar pukul 5 sore kami baru mencari tempat camp,
sehingga dapat tempat baru setelah pukul 5.30 . shelter yang kami tempati hari
ini bukanlah shelter 1 telah kami plot di kaki gunung kadaka
Hari kedua
:
Sebagai navigator adalah emil dan dinda,
sebagai penebas adalah ido. Serah terima jabatan dilakukan pada pukul 9,
sehingga pergerakanpun baru di mulai pukul 9.30 . Di perjalanan kami sempat berhenti cukup lama
di perbatasan Subang-Sumedang karena navigator sedang mencari dan membuka
jalur, namun akhirnya kami berbalik arah karena jalan benar-benar tidak bisa
dilewati. Hari ini kami berhasil meraih
puncak Kadaka dengan ketinggian 1600 mdpl pada pukul 11.51. Istirahat siang
kami lakukan di plana pada pukul 13.00 . Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju
shelter ke-2. Namun sayangnya shelter ke-2 belum bisa dicapai, bahkan pada
pukul 17.30 ketika hari sudah mulai gelap, kami masih berada di punggungan
curam, dengan tipe tanah gembur yang rawan longsor. Kamipun membuat camp di
atas punggungan tersebut yang ternyata terlalu sempit untuk dijadikan tempat
camp.
Hari ketiga :
Sebagai navigator adalah ami dan ido, sebagai
penebas adalah mamat. Pergerakan di
mulai pukul 9. Arahnya kearah timur laut sesuai plot jalur yang menuruni
punggungan terlandai dari puncak kadaka.
Di perjalanan kami menemukan kendalan jalan terputus akibat jurang di
depan kami. Hal ini membuat saya sebagai navigator pada hari itu memutuskan
unutk melipir, namun ternyata melipir
kali ini tidak membuat kami berpindah punggungan melainkan mengitari
punggungan yang sama hamper 1 lap. Hal ini baru disadari navigator saat
evaluasi di malam hari. Hari ketiga ini kami mulai mencari tempat camp pada
pukul 16.30, sehingga kamipun dapat tepat waktu mebuat camp sekitar pukul
17.00. Namun lagi lagi ini bukan merupakan shelter yang ditargetkan yaitu
shelter 3
Hari keempat:
Sebagai navigator adalah Bela dan Bainul,
sebagai penebas adalah Emil. Pergerakan
dimulai pukul 9.00. Diawali dengan foto bersama di camp kami kali ini. Target
kami hari ini adalah puncak Pangparang, pagi itu saya optimis bisa mencapai
puncak Pangparang karena bainul sebagai navigatornya. Pada siang hari , kami
beristirahat di pinggir sungai yang ada di kaki gunung Pangparang. Selesai
istirahat navigator mencari punggungan yang tepat menuju Pangparang. Saat itu
terjadi hal yang tidak di inginkan yaitu terpisahnya navigator dengan porter,
hal ini bisa dikarenakan stream line yang di buat navigator kurang terlihat,
terlalu jarang atau porter yang tidak konsentrasi karena terlena oleh jalan
yang sudah terbuka. Akhirnya sekitar pukul 16.00 kami berhasil mencapai puncak
pangparang. Setelah itu kami menuruni pangparang melewati punggungan sebelah
utara kemudian membuat camp di punggungan itu. Merupakan kesalahan memang
mebuat camp di punggungan karena angin berhembus kencang dari segala arah,
apalagi di perjalanan kami kebasahan karena hujan, jadilah kami semua menggigil
kedinginan di atas sana.
Hari kelima
:
Sebagai navigator adalah Mamat dan Dinda,
sebagai penebas adalah idham. Sebenarnya, puncak berikutnya yang ingin kami
capai adalah puncak canggak. Namun untuk mengantisipasi kemungkinan terburuknya
kami memutuskan target shelter berikutnya adalah kaki gunung canggak. Hari
kelima ini kami diliputi kegalauan untuk tetap menargetkan puncak canggak
hingga finish atau kaki gunung canggak kemudian di evakuasi. Hal ini di karena
persediaan logistic makanan yang hanya tinggal 1,5 hari lagi ditambah lagi
navigator belum menemukan jalan cukup landai unutk dilewati menuju sungai di
kaki gunung pangparang. Setelah makan siang kami bertemu penduduk local yang
sedang memanen kopi, tanpa piker panjang dinda dan bela pun bertanya apakah ada
jalan yang bisa dilewati unutk menuju sungai. Sangat disayangkan memang melakukan
navigasi punten sehingga membuat navigasi ini tidak murni dengan usaha keras
kami sendiri. kan Setelah melewati jalan menuruni punggungan terjal yang dibuat
penduduk kami pun sampai di sungai sekitar pukul 16.00. Di pinggir sungai kami
berdiskusi sejenak apakah akan melanjutkan perjalanan atau dievakuasi. Kami pun
memutuskan untuk dievakuasi besok, setelah nge-camp 1 malam dan mandi-mandi di
sungai keesokan harinya sebelum berangkat. Tapi ternyata kami tidak menemukan
tempat camp yang cocok di pinggir sungai dikarena banyak telah banyak
perkebunan warga. Akhirnya kami pun memutuskan untuk dievakuasi pada hari itu
juga. Navdar kali ini pun ditutup dengan mandi di sungai. Pukul 17.00 kami
berjalan menuju desa melewati sawah yang seperti tak berujung karena saking
luasnya. Pukul 20.30 kami sudah berada di jalan raya tanjung siang kabupaten
subang. Disini kami men-charter elp menuju Bandung kemudian dilanjutkan
men-charter angkot menuju ITB.
Total biaya perjalanan : -transportasi : Rp 35.000 X 11 = Rp 385.000
-biaya lain-lain: Rp 65.000 X 11 = Rp 715.000
Kondisi LH setempat :secara
keseluruhan cukup asri, ditandai dengan hutan yang masih lebat dan air sungai
yang jernih. Namun di beberapa tempat seperti jalur menuju puncak pangparang
terdapat bungkus-bungkus makanan, selain itu disana juga ditemukan serpihan kayu bekan
penebangan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar