Sabtu, 28 Agustus 2010




Catatan Perjalanan Navigasi Tertutup GL GH XIX
Waktu : 23 – 28 Mai 2010
Tempat : Gunung Sanggara, hingga sungai citereup

Peserta : Idam, Hasti, Johan, Fanka, Putra, dan Bainul “kadal”.
Pendamping : Andi, Hery, Cahyo, Gian
Hari 1
Awalnya, kami anggota subdiv GH, gw (idam), Hasti, Johan, Fanka, Putra, dan Bainul berencana mengadakan latihan navigasi tertutup selama 5 hari di daerah Gunung Sanggara. Ini merupakan latihan navigasi tertutup pertama kami setelah dilantik menjadi anggota muda KMPA Ganesha ITB. Latihan ini kami adakan untuk mempersiapkan mental dan fisik kami menghadapi XPDC yang rencananya akan dilaksanakan beberapa bulan mendatang.
Rencana awal kami pergi jam 11 siang tapi dikarenakan persiapan logistik dan makanan yang belum maksimal akhirnya kami baru berangkat jam 1 siang, saat berangkat kami cuma ber-6, cahyo gian heri putra karena berbagai hal rencananya menyusul. Kami ber-6 mencarter angkot dari gerbang belakang ITB sampai tugu bukit unggul lalu diteruskan jalan kaki sampai kamp panitia pas AA di sanggara. Di perjalanan, kami sempat nyasar dulu sampai ketemu jalan buntu lalu kami memutuskan balik menyari persimpangan jalan dan akhirnya sampai d kamp jam stengah tujuh, berbarengan dengan kedatangan kak Gian yang menyusul kami ke kamp, dan selang berapa waktu datang Cahyo. Malamnya diadakan evaluasi keberangkatan dan pembagian tim untuk navigsi besok dan dilanjutkan dengan makan makan dengan sate sosis dari kak Gian di api unggun, dan saat sedang sibuk makan terjadilah “tragedy kadal mencari cinta bainul”, yang demi kebaikan sang kadal sengaja tidak disebarluaskan.
Hari 2
Matri navigasi tertutup di mulai, dengan pembagian tim, navigator adalah Hasti Fanka, penebas Johan, dan porter Idam Putra Bainul. Sebelum memulai navigasi kami terlebih dahulu tracking ke puncak sanggara, Sebelum berangkat kak Gian izin balik ke Bandung karena ada keperluan lain. Secara umum tidak ada masalah berarti yang muncul saat pendakiaan ini. Di puncak sanggara kami istirahat setengah jam dan tak lupa foto foto terlebih dahulu. Dari puncak sanggara baru kami melakukan navigasi mengikuti plot yang kami buat kami mulai navigasi jam setengah 12 sampai jam 5. Selama navigasi jalur yang di lewati lumayan sulit, saat navigasi kita juga kena hujan deras, dan akhirnya kita bertemu jalan buntu. Karena hari sudah mulai sore maka kami memutuskan menghentikan navigasi dan mencari tempat untuk mendirikan kamp. Saat malamnya diadakan evaluasi, dan diketahui penyebab sulitnya medan adalah jalur yang diambil saat naviagasi adalah melipiri puncak sanggara dan tidak mengkuti punggungan yang ada, dan saat evaluasi kami baru mengerti mengenai filosofi punggungan. Total hari ini kami hanya berjalan 500 meter dari jalur plot.
Hari 3
Navigator hari ini Idam Bainul, dengan penebas Putra, dan porter Johan Fanka Hasti. Navigasi di mulai jam setengah Sembilan hingga jam setengah lima, hari ini tim sukses menuruni punggungan dan menemukan sungai yang ada di plot, lalu perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri sungai, masalah timbul saat menemui air terjun vertical setinggi 5 meter, saat itu muncul beberapa opsi untuk menuruninya, yaitu melipiri punggungan di kiri sungai, melipir di tepi air terjun atau menggunakan “hepotesis ponco” dari sang navigator. Akhirnya kami memutuskan melipiri di tepi air terjun, dan setelah hampir satu jam yang penuh lumpur dan peluh kami semua berhasil menuruni air terjun dan setelah berapa saat menyusuri sungai kami akhirnya menemukan pertigaan sungai yang ada di peta dan diputuskan mendirikan kamp di dekat pertigaan sungai tersebut. Hari ini kami berdasarkan plot yang telah di buat kami berjalan sejauh 1 kilometer



Hari 4
Hari ini pembagian tim adalah navigator Johan, Putra, dengan penebas Bainul dan porter Fanka Hasti Idam. Jalur yang dilewati adalah menaiki punggungan hingga puncak Gunung Ipis dan menuruni punggungan lalu kembali menyusuri sungai Citereup, saat menyusuri sungai ini terlihat di kanan kiri sungai banyak bekas longsoran, secara umum jalur yang dilewatili lumayan lancar. Saat menyusuri sungai tiba tiba kami dilanda hujan lebat, maka kami memutuskan lansung naik ke punggungan terdekat untuk menghindari air bah. Saat mendaki punggungan anggota tim terlihat panik dengan lebatnya hujan dan licinnya medan, akhirnya dipimpin Andi dan Hery kami menaiki punggungan dan mendirikan kamp. Malamnya saat evaluasi dibahas mengenai kondisi tim saat hujan lebat dan juga logistik makanan yang menipis dan keterbatasan air. Akhirnya kami memutuskan untuk mengubah jalur plot yang telah dibuat agar dapat lebih cepat mencapai desa terdekat.
Hari 5
Target hari ini adalah desa terdekat, dan tim navigator adalah Bainul Putra dengan penebas Idam dan porter Johan Fanka Hasti. Sebelum mulai jalan kami melakukan ormed terlebih dahulu untuk menentukan posisi punggungan saat itu. Lalu kami memutuskan untuk menaiki puncakan diarah utara dan kemudian menuruni punggungan kearah timur laut, jalur awal yang kami lalui adalah menaiki punggungan dan kemudian menuruni lembahan curam lalu melipir dari lembahan ke punggungan di sampingnnya dan kemudian menaiki punggungan lagi, DAN AKHIRNYAAAA…….. kami kembali kepunggungan awal tempat kami kamp. Jadi selama seharian kami memutari pungungan dan kembali ke punggungan awal. Selama perjalanan kami juga membatasi penggunaan air karena keterbatasan persediaan. Menurut porter dan penebas, jalur hari ini adalah lajur terberat selama navdar tertutup ini, beratnya medan juga meminta korban celana salah seorang anggota kami yang harus robek dibagian yang tak diinginkan. Saat evaluasi diketahhui kesalahan ini terjadi karena navigator mengambil jalur terlalu ke barat dan kurangnya komunkasi antar navigator lalu evaluasi dilanjutkan dengan membahas mengenai persiapan logistik pribadi dan makanan dari PJ masing masing dan akhirnya ditutup dengan acara meng-kubis salah seorang sesepuh GH.
Hari 6
EVAKUASI... Kami akhirnya diputuskan untuk dievakuasi oleh para pendamping karena logistik makanan yang ada telah sangat mengkhawatirkan, makanan yang tersisa hanya mie instan, biskuit kering dan air 3 botol. Pagi harinya kami hanya makan biscuit yang ada untuk menghemat penggunaan air selama memasak. Sebelum berangkat kami semua melakukan ormed untuk menentukan letak punggungan kami. Lalu kami berjalan menuruni punggungan dengan dipimpin oleh Heri dan Andi. Namun kami semua tetap diharuskan traking jalur yang dilewati untuk menentukan plot di peta. Siangnya kami telah sampai di sungai Citereup dan memutuskan untuk beristirahat. Saat istirahat beberapa anggota tim memutuskan mencari tempat untuk berenang, dan tak lupa foto foto saat berenang, beberapa orang terlihat berpose dengan penampilan yang menggugah selera ( foto terlampir ). Lalu perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri sungai citereup hingga menemui pedesaan. Jalur yang dilewati selama menyusuri sungai tergolong berat, kami harus berpindah pindah melipiri punggungan kanan dan kiri sugai dan ditambah dengan aliran sungai yang deras dan banyaknya jeram yang menggangu pergerakan. Selama penyusuran kami juga sering di selip oleh penduduk desa, yang berjalan jauh lebih cepat dari kami walaupun membawa beban yang jauh lebih berat (sebagian memanggul kayu gelondongan sepanjang 3 meter lebih dan karung kopi), lalu setelah sampai di tepi desa kami melanjutkan dengan navigasi punten hingga menemukan jalan raya dan langsung beristirahat di warung terdekat. Setelah cukup beristirahat, jam lima sore kami mulai balik ke kota Bandung dengan bis umum. Dan akhirnya jam setengah delapan malam kami tiba di kampus tercinta dengan tangan penuh luka, kaki bengkak dan perasaan puas.

Tidak ada komentar: