Selasa, 31 Agustus 2010

Jalur Sport Tebing Hawu





Catatan perjalanan
Pembuatan Jalur Sport di Tebing Hawu 30Juni-1Juli 2010
Oleh: Clorinda Kurnia Wibowo (GM-010-XIX)
Rencana untuk berlatih membuat jalur sport diutarakan oleh Winda sebagai ketua perjalanan akhir GL RC XIX, setelah diputuskan bahwa salah satu kegiatan yang akan kami lakukan dalam perjalanan akhir nanti adalah pembuatan jalur sport. Dalam latihan kali ini kami meminta Nda sebagai tutor kami untuk teknik pengeboran dan pembuatan jalur sport. Gunung Batu yang memiliki jenis batuan andesit kami anggap tempat yang tepat untuk memulai latihan pada esok hari, Selasa, 29 Juni 2010. Namun sangat disayangkan, ada hal yang harus dikerjakan Nda di Citatah,sehingga ia tidak bisa menemani kami ke Gunung Batu. Tetapi, ia menawarkan untuk menemani kami latihan di Gunung Hawu, Citatah. Maka kami pun memutuskan untuk menerima tawaran Nda dan segera mengumpulkan para pembimbing rock climbing kami di KMPA untuk ikut menemani latihan.
Selasa, 29 Juni 2010
Akhirnya terkumpullah pasukan untuk latihan kali ini, yakni : Inda & Winda (Gladi Lanjut RC XIX), serta Freden & Bayu (para pembimbing yang baik hati dan tidak sombong). Logistik panjat dan camp mulai dipersiapkan sekitar pukul 19.00 oleh Inda dan Winda. Logistik panjat yang kami bawa adalah: Karabiner screw (25), palu (2), runner (11), Sling (19), Webbing (3), harness(3), jumar(1), croll(1), autostop (1), piton (8), figure 8(3), chocker(1), blade(2), bong(2), delta(1), hanger(7), hexentrik(6), bor(2), skyhook(2). Logistik camp yang kami bawa adalah:matras(3), flysheet(1),kompor parafin(3), misting(2 set), golok(1), parafin(2 pak). Rencananya kami berangkat segera setelah packing selesai, namun karena adanya kegiatan “curhat2an” (hmm..begitulah menurut Mas Sigit) yang meikutsertakan para anggota BP KMPA termasuk Freden dan Bayu, maka perjalanan pun tertunda. Malam semakin larut, ternyata kegiatan tersebut baru selesai pukul 01.00. Perjalanan ke Citatah akan memakan waktu ±1jam, sedangkan kondisi fisik yang optimal sangat diperlukan untuk memulai latihan kami. Maka kami pun memutuskan untuk istirahat di kanopi, dan tertundalah kembali perjalanan kami hingga fajar menjelang.
Rabu, 30 Juni 2010
Setelah sarapan, kami berangkat pukul 08.00 dengan mengendarai dua buah sepeda motor milik Bayu dan Pak Alam (terima kasih Pak atas pinjamannya!). Dalam perjalanan menuju Citatah, kami menyempatkan diri untuk membeli mata bor di toko besi, mengingat mata bor yang kami miliki sudah tumpul. Tetapi, dari beberapa toko besi yang kami kunjungi, tidak satupun yang menjual mata bor seperti yang kami inginkan. Akhirnya kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Setibanya di pos Citatah 125, pukul 09.30, kami menunggu kedatangan Nda sambil menikmati manisnya buah cresen yang tumbuh di kawasan tersebut. Tak lama kemudian, Nda datang bersama dengan istrinya yang akrab kami sapa “Teteh”. Lalu, kami segera menuju Gunung Hawu yang terletak di balik tebing Citatah 125 dengan mengendarai sepeda motor.
Perjalanan menuju Gunung Hawu ±15 menit dengan medan yang berbatU-batu. Pukul 10.30 kami memulai latihan teknik pengeboran. Nda memberi contoh terlebih dahulu, kemudian Inda dan Winda mengikuti secara bergantian. Awalnya gerakan kami masih terlihat kaku, bor yang kami pegang kerap kali bergeser-geser ketika dipalu.



Akibatnya, lubang pertama yang kami buat pun menjadi terlalu besar untuk dipasang hanger. Lalu Inda dan Winda kembali mempraktekkan pengeboran, masing-masing satu lubang dimulai oleh Inda. Satu jam kemudian, satu lubang selesai dan bor berpindah tangan kepada Winda. Pukul 13.30, pemanjatan artificial dimulai sebagai tahap awal pembuatan jalur sport dengan Inda sebagai leader dan Bayu sebagai belayer, dibantu oleh Nda yang memasang pengaman terakhir. Setelah tali statis terpasang dan alat-alat telah tertata rapi, kira-kira pukul 15.30, kami pun menyantap makan siang kami (atau lebih tepatnya makan sore, berhubung sudah lewat jam tiga). Hari sudah semakin sore, jalur sport belum dibuat, kami pun memutuskan untuk menginap. Pukul
17.00, pembuatan jalur sport dimulai. Dengan menggunakan tali statis dan
ascender, Winda mulai memukulkan palunya pada titik yang kemudian di sanalah terpasang hanger pertama oleh warga KMPA setelah sekian lamanya tidak ada kegiatan pembuatan jalur sport di KMPA. Nda pulang bersama istrinya tak lama kemudian. Malamnya, ± pukul 19.30, kami mengevaluasi perjalanan hari ini, juga bersama Sigit yang telah datang menyusul pukul 18.00 dengan membawa empat buah matras dan dua sleeping bag. Setelah berbincang-bincang hingga pukul 22.00, Inda dan Winda pun beristirahat agar tetap fit dalam melanjutkan pembuatan jalur sport keesokan harinya.

Kamis, 1 Juli 2010
Pukul 06.00, Sigit sebagai PJ bangun pagi segera membangunkan kami satu per satu. Nda yang seharusnya membawa sarapan, ternyata tidak dapat datang. Maka, Bayu dan Freden turun untuk membeli sarapan. Udara dingin yang dipadukan dengan gorengan serta kopi panas yang nikmat memberikan rasa yang sempurna untuk melanjutkan pembuatan jalur sport hari itu. Pukul 07.30 (telat 30 menit dari jadwal semula), Inda mulai racking dan melanjutkan pembuatan jalur sport. Pukul 09.00 hanger kedua telah terpasang, maka giliran Winda memukulkan palunya untuk menempatkan hanger ketiga. Pukul 12.00, Inda kembali naik untuk memasang hanger terakhir. Pemasangan pengaman di atas memekan waktu yang cukup lama yang kemudian dibantu oleh bang freden. Ketika proses pengeboran berlangsung, kira-kira pukul 13.30, hujan mulai turun dengan derasnya. Pengeboran terpaksa dihentikan, dan kami pun berteduh di bawah fly sheet. Satu jam kemudian hujan pun reda. Winda segera melanjutkan pembuatan jalur sport sambil membawa tali dinamis untuk dipasang di top jalur. Pukul 15.30 jadilah sebuah jalur sport yang belum bernama. Hak untuk menamainya diberikan kepada pemanjat pertama yang berhasil memanjat jalur tersebut. Kami pun beristirahat sejenak sambil menyantap makanan yang dibawa oleh Nda. Pukul 17.00, jalur tersebut dipanjat oleh Inda. Sayang, setelah mencoba berkali-kali, tidak berhasil juga hingga runner pertama. Kemudian, Winda mencoba memanjat. Setelah beberapa kali percobaaan, runner pertama sukses diraihnya, tapi belum berhasil juga untuk mencapai runner kedua. Karena tenaga yang tinggal sedikit, terkuras setelah mengebor dari hari sebelumnya, Inda dan Winda menyerahkan pemanjatan kepada Freden untuk mengclean runner-runner yang telah terpasang. Akhirnya kami pun kembali ke kampus pada pukul 17.00. Sedih, senang, kecewa, dan bangga ada dalam rangkaian kegiatan kami. Namun di atas itu semua, perjalanan ini memberikan pengalaman baru yang berharga bagi kami dan tentunya bagi KMPA.
Nama jalur : Mahaputri
Tinggi jalur : 9 meter

1 komentar:

freden mabikarsa mengatakan...

bagus2...continious improvment harus ada di KMPA G ITB,baik di RC,Caving,GH Dan Rafting