Selasa, 31 Agustus 2010

Rock Climbing di Kelud





Sebagai anggota muda KMPA 'G' ITB, kami diwajibkan untuk membuat perjalanan akhir untuk divisi kami masing - masing. Saya dan teman - teman dari divisi Rock Climbing memutuskan untuk melakukan perjalanan ke tebing Sumbing, Gunung Kelud. Saya pun ditunjuk untuk menjadi ketua perjalanan dan koordinator lapangan untuk perjalanan ini. Setelah rangkaian latihan, perisapan logistik, dan presentasi di depan massa KMPA yang rumit, akhirnya tim Kelud saya diijinkan berangkat ke Kelud.

Tim kelud terdiri dari saya (first commander), Inda (second commander), dian, azka, mas sigit, tetu, bayu, dan affan.

Kami berangkat tanggal 12 juli 2010 dari ITB pukul 17.15 . Kami naik angkot Sadang Serang Caringin ke stasiun hall Bandung. Dari stasiun hall bandung kami naik kereta patas menuju stasiun padalarang (pk.17.45). Untuk menuju Kediri kami menggunakan kereta ekonomi Kahuripan. Stasiun keberangkatan pertama Kereta Kahuripan adalah stasiun padalarang. Jadi supaya mendapat kursi lebih baik dari stasiun pertamanya. Namanya juga kereta ekonomi.

Pukul 18.15 kami sampai di padalarang. Kereta kahuripan berangkat pukul 20.00, maka kami punya waktu hampir 2 jam untuk leha - leha di stasiun. Kami berjalan menuju kereta kahuripan yang berada di jalur tiga kalau tidak salah. Ternyata ada kereta pengangkut barang di jalur dua. Karena malas memutar, saya naik ke atas kereta di jalur dua dengan maksud untuk menyeberang. Sampai di atas kereta tiba - tiba carrier 22 kilo saya terjepit di badan kereta dan railing tangga yang saya lalui. Saya pun tidak dapat bergerak di atas kereta. Tiba - tiba sang kereta mulai bergerak dan saya sangat panik. Saya pun segera melepaskan carrier saya yang masih terjepit di badan kereta. Setelah itu saya berhasil melepaskan sang carrier yang terjepit dan segera melemparkannya dari atas kereta tanpa pikir panjang. Padahal di dalam tas saya ada kamera dslr saya, tapi saya sudah sangat panik karena kereta sudah jalan. Carrier saya yang terjatuh segera diselamatkan teman saya sebelum terlindas kereta. Saya pun segera melompat ala James Bond dari kereta yang bergerak. Sudah seperti di film - film laga saja. Akhirnya saya dan carrier saya selamat dan tidak ikut si kereta menuju entah kemana. Saya pun menjadi lelucon tim selama karena kebodohan saya.

Kereta Kahuripan berangkat dari stasiun padalarang pk 20.00. Saya makan malam di kereta dengan menu nasi ayam goreng dengan harga 5000 rupiah saja. Kereta kahuripan segera penuh setelah melewati stasiun kiara condong. Orang - orang berdiri berhimpitan. Panas, pengap, bau keringat, dan bau pesing menjadi teman tidur yang sangat tidak menyenangkan. Ditambah lagi dengan bantalan kursi yang makin lama makin tipis karena terlalu lama diduduki. Alhasil saya pun jadi tidak nyenyak.

Lewat dari Yogyakarta kereta menjadi sepi, saya pun berjalan - jalan menyusuri gerbong kereta dan duduk di pintu samping kereta, menikmati angin dan pemandangan sawah. Setelah puas menonoton pemandangan dari pintu kereta, saya pun mencari kursi yang kosong, lalu tidur dengan nyenyak.

Kami sampai di kediri pukul 14.00. kami langsung dijemput oleh mas Ari dan Mas Zen dari FPTI (forum Pemanjat Tebing Indonesia) naik mobil charteran (Grand Max yang super besar). Kami belanja sayuran dulu di pasar Kediri. Saya dan beberapa teman tidak ikut belanja ke dalam pasar. Saya pun beli es degan yang segar dan dingin untuk melonggarkan tenggorokkan yang rasanya sudah merenges. Secepat kilat mata saya melihat tukang bakso yang menggoda iman (baksonya, bukan yang jualnya). Saya pun langsung membeli sepuluh buah bakso sekaligus. Sudah kelaparan sepertinya.

Setelah kelar membeli sayuran, kami melanjutkan perjalanan ke Gunung Kelud. Rute yang kami pilih adalah Kediri lalu ke Wates lalu ke Ngancar lalu ke Kelud. Sebelum ke Wates kami menyempatkan diri untuk bertemu Pak Mumun, anggota FPTI yang lain dan tentu saja kami menyempatkan diri membeli tahu Kediri yang terkenal. Perjalanan di kaki gunung kelud kurang bersahabat. Kabut yang luar biasa dan jalan yang berkelok membuat saya agak takut. Lihat kiri, lihat kanan cuman putih saja warnanya. Udara segar sudah terasa sejak dari kaki gunung kelud.

Akhirnya kami tiba di parkiran wisata Gunung Kelud. Saya pun berkenalan dengan Pak Tomo salah satu penjaga Gunung Kelud. Fyi, pertama kali melihat Pak Tomo saya sempat takut, soalnya Pak Tomo tinggi besar dan berkumis tebal (read:sexy). Hahaha. Ternyata Pak Tomo sangat ramah dan baik. Kami pun menuju lokasi base camp dekat tebing Sumbing. Base camp tidak begitu jauh dari parkiran. Kami melewati terowongan sepanjang kurang lebih 50 meter yang sangat gelap dan menyeramkan. Aura mistis pun ditambah dengan adanya tempat bertapa di dalam terowongan ini yang dipenuhi oleh kelelawar. Yah bolehlah buat yang lagi galau buat merenung sama kotoran kalong. Haha.

Pertama kali melihat tebing sumbing, saya sangat kagum sekaligus jiper. Tebing setinggi 200 meter ini berdiri kokoh di hadapan saya, menunjukkan kegagahannya dengan bentukan yang sangat unik. Saya tidak bisa berhenti terpana melihat tebing sumbing. Adrenalin saya terpacu begitu kuat, tidak sabar rasanya mencicipi batu - batu andesit ini bersentuhan dengan telapak tangan saya.



Kami segera mendirikan camp karena sudah mulai berkabut. Orientasi medan pun saya batalkan karena kabut cukup tebal dan hujan mulai turun. Mas Ari pun menyampaikan beberapa petuah - petuah etika bersikap di gunung kelud ini, seperti jangan buang air di daerah antara base camp dan tebing, melainkan ke daerah di belakang base camp, dan saat buang air jangan menghadap ke tebing. Mitosnya tempat antara camp dan tebing merupakan 'dapur'-nya jin dan makhluk gaib lainnya. Pukul 20.30 kami makan malam ayam ungkep dan tumis kangkung. Luar biasa nikmat apalagi ditemani kopi pahit khas Mas Sigit dan lagu lapangan (read: shaggy dog). Malam pertama di kelud kami disambut dengan angin kencang yang membuat malam menjadi sangat dingin.

Pagi di Gunung Kelud membuat saya tidak ingin keluar dari sleeping bag. Tapi demi kelancaran teklap saya pun sedikit demi sedikit sleeping bag dan keluar dari tenda. Hawa dingin pagi kelud segera menyeruak masuk ke dalam pernapasan saya. Saya dan beberapa anggota tim pun melakukan ormed ke tebing sumbing untuk mencari kira - kira bagian mana yang bisa dijadikan jalur sport. Jarak camp ke tebing tidak begitu jauh. Medan yang ditempuh adalah kumpulan tumbuhan pendek khas daerah dingin. Golok pun mulai beraksi menunjukkan taringnya menebas ranting - ranting yang menghalangi.

Setelah makan pagi, tim panjat (saya dan inda) segera menyiapkan alat untuk artifisial di bagian tebing yang kami pilih. Inda sebagai leader pertama mengalami kesulitan karena medan yang berat. Pemanjatan artifisial dilanjutkan setelah makan siang dengan saya sebagai leader kedua. Setelah mencapai ketinggian yang diinginkan saya pun memasang tambatan untuk tali statis. Karena semua tambatan adalah pengaman sisip maka saya memasang 5 tambatan. Dua untuk tambatan utama tali statis dan tiga lagi sebagai back up. Safety prosedur tetap nomor satu untuk saya. Saya pun memulai pengeboran pertama. Karena hari sudah sore maka pengeboran dihentikan pukul 17.15. Inda sebagai partner sejati pembuat jalur saya sakit flu hari ini. Mungkin karena kondisi tubuh yang kelelahan memang rentan terhadap penyakit ini. Malam kedua di gunung kelud ini sangat indah. Langit bertaburan bintang dan bulan yang malu - malu menampakkan dirinya. Saya pun rebahan di api unggun menatap langit. Beberapa kali saya melihat bintang jatuh dan mengucapkan beberapa permintaan. Walaupun sepertinya permintaan yang saya sebutkan sama semua. Yahhh jadi curcol kan.

Hari ketiga di gunung kelud berlangsung seperti teklap. Cuaca seperti mengerti briefing yang saya berikan tadi malam. Pengeboran pun selesai pukul 17.00. Pengeboran dilakukan oleh saya dan Inda. Empat hanger telah terpasang kuat pada masing - masing lubang yang telah dibuat seperti mengundang para pemanjat untuk menembus jalur ini. Malam ketiga kali ini tidak kalah indahnya dengan malam sebelumnya. Taburan bintang seolah tidak berhenti menghibur saya yang kelelahan setelah seharian tergantung di harness mengebor tebing yang begitu kokoh. Perih di telapak tangan, pegal di sekujur badan, dan otot leher yang ketarik seolah hilang oleh hiburan alam damai yang begitu indah. Saya merasa sangat tenang. Melihat langit, merasakan tiap udara yang masuk ke paru - paru saya. Saya merasa seperti anak kecil.


Pagi di hari keempat di gunung Kelud tidak seperti biasanya. Hari ini saya bangun lebih pagi (pk 05.00). Saya mengambil kamera saya dan berjalan menuju gardu pandang yang berada di selatan base camp. Jalan menuju gardu pandang sangat menyakitkan. Sekitar 600 anak tangga harus dilalui untuk mencapai gardu pandang. Sampai gemetaran kaki saya. Hahaha. Tapi semua itu terbayar dengan keindahan alam yang disajikan dari ketinggian ini. Jejeran tebing - tebing gunung kelud (tebing sumbing dan tebing gajah mungkur, serta satu tebing yang belum terjamah) mengelilingi kubah lava yang berisi sang anak gunung. Matahari pagi pun menyusup perlahan diantara tebing dan asap kawah. Pemandangan yang belum pernah saya saksikan sebelumnya. Kamera saya pun tidak berhenti mengedipkan diafragma lensanya, mengijinkan cahaya pagi masuk dan memberikan citra yang begitu megah.

Setelah turun dari gardu pandang, saya pun mempersiapkan diri dan peralatan untuk menjadi pemanjat pertama yang memanjat di jalur yang saya buat. Setelah berhasil menembus jalur untuk pertama kali saya pun mendapat hak untuk memberi nama jalur itu. Saya melihat jalur tersebut, dan saya menemukan keunikan pada jalur tersebut. Jalur tersebut menyerupai seekor kuda dan batuan pada jalur tersebut berwarna merah. Setelah mengkonsultasikannya pada tim saya, maka diputuskan nama jalur tersebut adalah Red Stallion. Saya suka nama ini.

Setelah selesai beres - beres camp kami pun menuju parkiran menunggu shuttle bus yang akan mengantar kami ke stasiun. Kami pun mandi di toilet parkiran dengan air yang sangat dingin. Jam 12.00 kami pun naik ke shuttle bus yang telah menunggu. Shuttle bus yang super ngebut ini membuat saya terguling- guling di dalam mobil. Sampai di stasiun pukul 14.00, kami pun nongkrong dan menegak kopi hangat di salah satu tempat makan di stasiun. Kerata Kahuripan arah Bandung berangkat pukul 15.00. yahh, saya pun kembali duduk berjam - jam di dalam kereta yang panas. Tapi saya sangat senang, red stallion menjadi hadiah jalur sport baru buat KMPA.

1 komentar:

habibyulwan mengatakan...

wahh sepertinya seru nih..
red stallion..boleh di coba lah yaa...


salam lestari....