Selasa, 31 Agustus 2010

Latihan Gabungan Susur Goa





Catatan Pejalanan Latihan Gabungan Susur Goa
Tasikmalaya, 30 April – 2 Mei 2010
Oleh: Usie Fauzia A. (GM-022-XIX)

Latihan gabungan caving kali ini diselenggarakan oleh Tasikmalaya Caving Community (TCC). Pada awalnya cavers GL XIX yang bisa ikut hanya saya dan Yudha, sedangkan Nurul, Yoga, Bimo, dan Aji ada prioritas lain. Nekat memang apalagi bos-bos caving (Muhsin dan Os) tidak bisa ikut juga. Ya sudahlah the show must go on…saya tetap melakukan persiapan, tanya sana-sini tentang latgab tahun lalu, tanya prosedurnya ke panitia karena ternyata tanggal 30 April kami ada UTS jadi kami baru bisa pergi Jumat malam sehabis UTS. Saya terus membujuk teman-teman saya untuk ikut latgab, ternyata Yoga berhasil terhasut oleh saya haha…alhasil dia ikut latgab dan izin dari kadwil di fakultasnya.

Karena kesibukan masing-masing apalagi UTS Fisika membayang-bayangi kami, saya menginstruksikan kepada Yoga dan Yudha untuk menecek alat-alat yang harus dibawa seperti SRT Set dan alat explore goa. Hanya dicek sadja dan kami mulai beres-beres logistik jumat sore sehabis UTS dan rapat, yaah sekitar jam 7 kami baru mulai masukin alat-alat ke kerir. Ternyata Onye alias Rahman ikut latgab dan Pak Muhsin pun ikut juga. Mereka terharu melihat kesungguhan kami (hoek…). Rencana awal kami pergi ke Tasik dengan kereta, ternyata anak Bramatala (mapala Widyatama) ngajak bareng, oh mereka senasib dengan kami harus ujian dulu, kami pun mulai menodong motor anak-anak sel. Motor Ka Aldi, Johan, dan Andi berhasil kami todong. Jam setengah sembilan (telat 30 mnt dari rencana awal) kami berangkat ke Widyatama. Dari Bramatala ada Cacing, Fajar, dan Rizal. Dengan empat motor, kami pun berangkat ke Tasik.

Jam 12 malam kami sampai di Tasik kota dengan selamat walau di perjalanan sopir dan penumpangnya terkantuk-kantuk, apalagi Yoga hampir mencium truk (nyaris). Karena kami tidak tahu sekre TCC, kami berhenti di swalayan Jalan Mitra Batik untuk menunggu panitia. Entah karena capek atau shock hampir mencium truk, Yoga pun tepar. Lumayan lama kami nunggu karena walau panitia telah datang kami tetap harus nunggu satu motor lagi yaitu motor Fajar dan Rizal yang nyasar di warung. Jadi totalnya kami baru sampai di sekre TCC jam 01.00 WIB. Berbincang-bincang sebentar dan kami langsung istirahat di tempat (tidur di ruang itu juga karena males bergerak ke ruang yang disediakan untuk tidur). Kami harus bangun jam lima subuh agar ke lapangan tepat waktu, tapi manusia hanya bisa berencana, anak-anak pada bangun jam 6 pagi. Terima kasih kepada Muhsin, karena kebiasaan menunaikan tugas sucinya dan bau kentutnya dia, saya terbangun jam setengah 6 (hoek…). Setelah solat, saya bantu panitia membangunkan teman-teman jam 6 pagi. Tanpa cuci muka dan sebagainya, setelah bangun mereka langsung manasin motor dan angkut kerir masing-masing. Bersama panitia kami berangkat ke tempat latgab yaitu di Desa Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya. Lumayan jauh, sekitar 2 jam dari Tasik Kota dengan menggunakan motor. Jalan dari jalan raya menuju pedesaan juga sangat ‘off road’ sekali dan lumayan jauh.




Sekitar pukul setengah sembilan pagi kami tiba di rumah penduduk yang dijadikan base camp. Hmm…seperti bukan kawasan karst yang sering terlihat pada umumnya…tidak ada conical hills, jadi sepanjang perjalanan saya menebak-nebak dimana lokasinya karena si conical hills belum muncul juga, ooo ternyata daerah ini termasuk karst tertutup (kata Pa Mucin), tapi terlihat kok banyak batu gamping di sana-sini. Saatnya ganti kostum dan mempersiapkan logistik yang diperlukan seperti srt set dan makanan. Dari base camp ke lokasi goa ternyata sangat jauh sekali (lebay tapi memang benar sih) ditambah dengan jalan yang menanjak dan kostum kita yang panas banget…seperti biasa saya barisan depan karena saya sadar kalau saya di belakang takutnya ketinggalan he…ternyata bukan saya saja yang ngos-ngosan, yang lainnya juga ngos-ngosan (ya iya lah). Sampai di lokasi goa, kami langsung berebut air minum, wow ternyata ramai sekali, ada apa ini? Ooo…pada ngantri mau mencoba srt di goa vertical ini. Sambil menunggu, salah satu panitia ada yang manjat, bukan rock climbing, tapi coconut climbing, ya berburu kelapa muda karena semuanya kehausan dan kebetulan yang empunya ladang kelapa sudah mengizinkan kelapanya di babat oleh panitia (dan juga peserta).

Sebelum kami turun goa, kami ikut latihan srt dulu di pohon karena kami belum mengenal srt intermediate atau deviasi. Anak Bramatala langsung turun goa. Wow ternyata yang latihan srt banyak juga. Kami pun harus mengantri untuk bisa srt di pohon. Tidak hanya mapala yang ikut latgab ini, banyak anak-anak sispala juga yang ikut dan nampaknya mereka belajar dari dasar, dari pengenalan alat sampai srt. Itu yang membuat kami lama menunggu. Saking lamanya kami suruh Onye untuk manjat pohon kelapa dan mengambil beberapa untuk dimakan. Masih kelamaan juga, Yoga dan Mucin sempat tertidur. Akhirnya giliran saya srt, karena sudah sangat lama saya tidak srt-an, memasang alat pun jadi tidak selancar dulu apalagi saat bagian memasang tali dan mengunci autostop (pesan sponsor: rajinlah latihan biar ga gampang lupa). Saya mencoba dua lintasan: polos dan intermediate. Saat di lintasan intermediate, ada panitia yang menginstruksikan sehingga lancar-lancar saja dan jadinya tidak terlalu lama menggantung. Selesai saya maencoba, saatnya giliran Yudha, Yoga, Onye, dan Mucin. Karena sudah jam 12 siang, kami pun inisiatif untuk masak sambil menunggu giliran mereka. Masak seadanya karena bumbu dapur di rumah saya habis huhu, kami pun masak nasi goreng dengan telur yang ga ada rasanya (garam di rumah juga habis). Naas tapi tetap habis karena laper.



Selesai latihan, kami pun pergi ke goa vertikal yang tadi kami datangi pertama kali, oh ternyata masih ngantri, yaah…kami menunggu lagi, tiduran lagi, dan si Yoga pun membaca Brady, buku kimia yang saking tebalnya bisa dijadikan bantal. Kalu diperhatikan, goa vertical ini hanya berupa retakan tanah saja karena tidak ada lanjutan secara horizontal pada dasar gua, dalamnya pun kurang dari 20 meter. Karena bosan menunggu, kami pun mengekor Mucin yang pergi ke lokasi goa lain yang dijadikan tempat ke dua untuk latihan srt. Goa yang ke dua ini pun tipenya sama dengan goa yang pertama karena pada dasarnya ini hanya retakan besar di tanah, mulut goa ini lebih besar dari mulut goa yang pertama. Yaah…kami tetap harus mengantri walau peserta di sini lebih sedikit daripada peserta di goa pertama karena di sini isinya panitia semua…para cavers yang dari mukanya (-__-;) saja sudah ketahuan jago dan peserta-peserta yang sudah expert (lebay). Waa saya jadi merasa paling junior di sini mengingat ini adalah srt pertama saya langsung di lapangan. Di sini kami bertemu lagi dengan anak-anak Bramatala yang entah habis dari mana. Pada saat mau turun, entah karena grogi atau bukan saya jadi lupa apa dulu yang dilakukan buat turun, mengingat selama ini kalau latihan srt di kampus kami naik dulu baru turun, sekarang turun dulu, daripada ketahuan bingung, saya minta bantuan panitia yang bernama Ka Bambang (bukan Bengbeng KMPA). Oo ternyata autostop nya dikunci dulu, lalu pasang jumar, dan buka autostop turun deh. Belum apa-apa saya sudah menjumpai line intermediate, untung masih fresh jadi ga ada masalah. Saya turun sedalam 20 meter. Benar-benar hanya retakan tanah karena tidak ada ornament atau kenampakan goa yang lain. Batuannya basah dan di dasar 20 meter masih ada tanaman, saya tidak perlu menyalakan headlamp karena masih cukup cahaya bagi saya. Setelah sampai dasar, saya naik lagi karena tak ada yang menarik. Lancar-lancar saja hingga saya keluar dari mulut goa. Wuih lumayan deh tapi ga capek-capek banget. Saatnya giliran Yoga, Yudha, Onye, Cacing, dan Fajar.

Hingga saat magrib, tinggal Yudha dan Cacing yang belum kebagian turun. Lumayan memakan waktu yang lama juga. Naas bagi Yudha, pada saat dia turun, panitia menawarkan makan bancakan bersama. Entah karena saya yang kelaparan atau yang lain lagi malas makan, saya menjadi last girl standing, jadi malu karena ketahuan makannya banyak (akhirnya saya bisa mengerti perasaan Nurul, cewek di GL XIX yang makannya banyak banget -___-). Kembali ke topik srt, sampai setelah selesai makan srt pun dilanjutkan kembali bagi yang belum turun. Karena menunggu sampai semuanya kebagian turun, saya pun tertidur hingga waktunya beres-beres karena materi hari ini sudah selesai. Itu artinya saya harus berjalan sangat jauh sekali untuk sampai ke base camp. Long march pun dimulai dengan menuruni bukit, banyak menelan korban juga alias kepeleset karena turunan dan gelap. Sampai juga di base camp, walau sudah malam, udara tetap panas. Sambil menunggu rapat evaluasi dimulai, lagi-lagi saya tertidur di teras rumah. Evalusi pun dimulai di dalam rumah, saya disuruh masuk mengikuti evaluasi. Pada intinya materi hari ini berjalan molor dan tidak sesuai target (target awal vertical rescue juga selesai hari ini) karena ternyata peserta banyak yang belum mengenal alat-alat srt sehingga harus diajarkan dari dasar. Keputusan lain dari rapat ini adalah besok akan ada materi vertical rescue dan pemetaan Goa Bojong. Tim dibagi dua sehingga mudah-mudahan tidak mengantri dan materi akan dimulai jam tujuh pagi. Tidur………………..!!

Minggu, 2 Mei 2010, saya bangun jam enam pagi. Oh masih banyak yang belum bangun. Pada latgab ini, yang perempuan tidur di dalam rumah dan yang laki-laki tidur di tenda. Saya jadi ingat teman-teman saya yang mendirikan flysheet merah di depan rumah warga, pasti mereka belum bangun. Waw ajaib…! Saya melihat mereka sudah bangun, bahkan Yudha dan Onye sedang masak.Saya rasa tidak perlu lah kita membahas makanan. Seselesainya makan, kami masih bersantai-santai karena walau sudah jam tujuh pagi, belum ada tanda-tanda materi akan dimulai bahkan banyak peserta yang masih masak atau mandi. Waktu luang itu kami gunakan untuk beres-beres di dalam flysheet merah sambil berbincang-bincang (-__-) dan menikmati teh panas. Sekitar jam setengah sembilan toa pun berbunyi tanda materi akan segera dimulai. Jadi materi dibagi dua menjadi vertical rescue dan pemetaan Goa Bojong, kalau keburu peserta bisa bertukar materi. Kami memutuskan untuk ikut materi vertical rescue dulu. Waw sedikit ternyata yang ikut materi vertical rescue. Saat materi berlangsung, saya merasa bingung karena caranya tidak dijelaskan, hanya dipraktekan. Kemudian peserta saling sharing metoda-metoda vertical rescue dan pak Mucin memeragakan metoda counter balance dengan Onye sebagai korban. Kemudian ada Ka Nizar dan Ka Jaya (Palawa Unpad) memeragakan rescue yang tekniknya mengangkat korban ke atas. Yoga pun ikut mencoba dengan Onye sebagai korban. Oh tiba-tiba Cacing (Bramatala) datang dan mengajak explore Goa Bojong. Saya dan Yudha pun menhianati Yoga dan Onye yang tengah tergantung di pohon.

Saya dan Yuda bersiap-siap dengan memakai coverall yang lagi dijemur, setelah siap, saya, Yudha, Cacing mulai berjalan menuju Goa Bojong. Tidak jauh dari base camp kita, terdapat sungai yang mengalir keluar dari mulut goa. Goa Bojong menjadi semacam terowongan raksasa bagi sungai ini, dari awal mulut goa hingga ujung mulut goa lagi seluruhnya berair karena memang jalur sungai. Kami pun menyusuri goa melawan arus sungai. Waa belum apa-apa tinggi airnya sudah seperut saya, ditambah lagi lumpur yang membuat saya susah berjalan. Saya pun menitipkan kamera pada Yudha yang lebih tinggi dari saya. Goanya cukup lebar dan tinggi, tampaknya Cacing kegirangan, dia berenang, ah airnya tidak sejernih sungai bawah tanah di goa Gombong, airnya lumayan coklat. Tak jauh kami berjalan nampak suara-suara yang sepertinya peserta latgab. Benar saja mereka ada yang sedang berenang dan ada yang duduk di ornament goa, ah buruk sekali, kedatangan saya disambut meriah dengan teriakan, ”Foto…foto…!!”. Oh mereka menyambut kamera yang saya pegang, bukan menyambut saya (-______-). Setelah sesi foto, kami melanjutkan explore goa, ternyata materi pemetaan goa nya selesai sampai di tempat foto-foto tadi. Kami pun melewati lorong berair yang menurut saya lumayan, tapi belum terlihat ornament yang menarik nih.

Akhirnya sampai di lorong kecil yang sempit karena banyak stalaktit ditambah dengan air yang makin meninggi, untung panitia sudah memasang tali di sisi kanan dinding goa, waw ternyata memang tinggi airnya melebihi tinggi badan saya. Sial saya tidak bisa mendokumentasikannya, padahal banyak ornament yang lumayan, apalagi setelah keluar lorong kecil itu banyak kanopi yang memercikan air…ahh saya tidak foto kanopi-kanopi itu. Entah karena waktunya terburu-buru atau hal lain, panitia menyusuri goa dengan cepat, saya tidak sempat hunting ornament-ornamen untuk di dokumtasikan…ahh sayang sekali. Akhirnya tu kamera saya serahkan ke Yudha karena saya yakin tidak akan sempat foto-foto ornament goa dan lorong yang berair. Hopeless. Saya pun mengikuti panitia, terus menyusuri goa yang airnya makin tinggi dan sangat berlumpur. Kadang kami harus lewat samping atas untuk menghindari air yang sangat dalam, tapi tetap saja saya harus melewati lorong berair yang tinggi airnya lebih tinggi dari saya sehingga saya harus berpegangan pada Yudha.

Dalam Goa Bojong ini, ornament yang dapat dilihat bermacam-macam, ada pilar yang sangat besar, kanopi, stalaktit, teras, dam alami, hingga stalakmit yang masih muda (masih putih). Walau bermacam-macam, ornament-ornamen ini warnanya tidak bagus, umumnya tidak putih (kecuali stalakmit). Kondisi di dalam goa pun banyak sampah, mungkin sampah rumah tangga masyarakat yang terbawa aliran sungai dan nyangkut di dalam goa. Pada saat melewati celah kecil karena terhalangi dinding goa yang besar, saya mulai merasakan bau-bau guano (yaks..) dan akhirnya saya pun melihat cahaya matahari…mulut goa pun terlihat…sesampainya di mulut goa, kami pun istirahat sebentar di bebatuan sungai. Saya, Yudha, dan teman lainnya memutuskan lewat jalan darat untuk mencapai base camp, sedangkan Cacing dan salah satu panitia memutuskan backtrack ke dalam goa karena ternyata Fajar dan Rizal (Bramatala) menunggu di dalam, atau karena Cacing ketagihan?

Ahhh…ternyata jalan darat melelahkan sekali, naik turun bukit ditambah dengan lewat pesawahan. Sesampainya di basecamp saya langsung mencari kamar mandi, ternyata semua kamar mandi umum dipakai, terpaksa saya memakai kamar mandi umum di dekat musola yang jaraknya lumayan jauh dari base camp. Selesai mandi dan sekembalinya di base camp, ternyata semua peserta sudah datang dan sibuk packing karena materi latgab telah selesai. Ternyata flysheet merah kami telah dibereskan begitu pun dengan logistic, sudah ter-pack dengan rapi, kecuali boot dan coverall saya. Setelah kami dan anak-anak Bramatala siap, sekitar jam empat kami meningalkan base camp menuju sekre TCC. Rupanya terlambat dua jam dari rencana panitia, panitia merencanakan materi selesai dan peserta bisa pulang jam dua siang, karena ada masalah peralatan yang saling tertukar dan administrasi, kami pun terpaksa menunggu sampai jam empat.

Saat menuju Tasik kota, pada waktu magrib, motor yang ditunggangi Cacing dan Yudha mengalami pecah ban. Saya, Mucin, Onye, Yoga pun turut berhenti dan ikut ke tempat tambal ban. Kebetulan sekali ada warung baso, sekaligus saja menunggu motor sambil makan malam. Jam tujuh malam kami mulai berangkat lagi menuju sekre TCC. Sekitar jam delapan malam kami tiba di sekre TCC, tanpa basa-basi kami langsung pamitan dengan semua peserta dan panitia yang sedang berkumpul disana. Jam setengah sembilan kami (KMPA dan Bramatala) beranjak dari sekre TCC menuju Bandung. Waa…hajar saja lah…karena besok kami harus kuliah. Perjalanan pulang selama kurang lebih tiga setengah jam bersama angin malam dan truk-truk barang berhasil membuat saya tepar, masuk angin, dan demam. Pesan moral: selalu pakai jaket kalau melakukan perjalanan dengan motor. Haha., tapi saya tidak pernah kapok, perjalanan latgab yang menyenangkan walaupun selalu ada kekurangan dan ketidakpuasan. Harapan saya sih, dalam kegiatan caving, etika caving harus dapat disepakati dan dijalankan oleh semua cavers, seperti tidak memegang atau menginjak ornament-ornamen muda yang masih tumbuh, tidak menduduki kanopi, dan tidak meninggalkan sampah di dalam goa karena kita (cavers) harus ikut bertanggung jawab menjaga ekosistem goa yang sensitif. Hoho…!! KMPA….GANESHA….!!

Tidak ada komentar: