Selasa, 31 Agustus 2010

Perjalanan Pintu Angin





CATATAN PERJALANAN PINTU ANGIN
JULI 2010

Oleh Johan Santoso
GM-012-XIX

Jadi ceritanya kami GL GH XIX ingin mengadakan latihan navigasi darat tertutup. Tapi karena satu dan lain hal akhirnya hanya saya dan Bainul yang bisa mengikuti latihan ini. H-1 keberangkatan kami kumpul di sel untuk merencanakan latihan besok. Rencananya kami akan latihan di daerah Cikole dan finish di desa Cibeusi. Jalur sudah kami susun dan gambaran penampang pun sudah kami gambar di millimeter block.
Hari H pukul 08.00 kami berkumpul di SEL untuk melengkapi logistic kelompok. Kami belanja makan dan barang-barang kelompok lainnya. Rencananya kami berangkat pukul 12.00.
Sekitar pukul 13.00 kami selesai packing. Kami pun siap berangkat. Tapi ada usulan dari beberapa pembina untuk mengganti latihan ini menjadi galatuping agar lebih banyak anggota GL yang bisa mengikuti kegiatan ini. Kami pun berdiskusi dengan teman-teman yang lain. Akhirnya kami sepakat untuk mengadakan galatuping ke Pintu Angin selama semalam dengan peserta Johan, Bainul, Fanka, Hasti, Cahyo, Andy, Fya, Affan, Alam, Jarwo, Yanu, dan Maman.
Beberapa anggota kelompok berangkat menuju pintu angin menggunakan angkot. Kami berangkat dari SEL pukul 5 sore. Kami menggunakan angkot caheum ledeng yang berhenti di terminal ledeng. Lalu dilanjutkan dengan angkot yang menuju terminal Parongpong. Dari terminal Parongpong kami melewati villa Istana Bunga untuk menuju ke pintu angin. Dari Istana Bunga kami memotong punggungan sehingga kami langsung tiba di jalan setapak menuju pos pintu angin.
Tiba di sana hari sudah gelap. Kami melapor ke pos pemeriksaan dan disambut oleh seorang petugas (sebut saja Bonges). Kami diminta membayar uang administrasi sebesar Rp 5000. Tapi akhirnya kita tawar menjadi Rp 3000. Kami langsung menuju tempat camp yang biasa kami gunakan. Tapi sayangnya sudah ada kelompok lain yang menggunakan tempat itu. Akhirnya kami berjalan lagi sehingga menemukan tempat camp yang strategis di samping jalan setapak.



Kami langsung membuat camp, api, dan memasak makan malam. Setelah makan malam selesai kami santap, acara dilanjutkan dengan obrolan santai. Anggota tim lainnya baru tiba sekitar jam 11 malam. Acara tetap dilanjutkan dengan obrolan santai.
Malam itu kami habiskan dengan membicarakan kelanjutan ekspedisi GL GH, pentingnya komunikasi dalam tim, hal-hal ringan lainnya, dan tentunya minum kopi. Kami pun mengobrol panjang lebar mengenai pengalaman di subdivisi kami, baik suka maupun duka.
Matahari pun terbit. Kami mulai merasa ngantuk. Sebaliknya Maman justru semakin bergairah untuk mendaki ke puncak Gunung Burangrang. Kami pun masuk tenda dan tidur. Sedangkan Maman pergi mendaki sendirian ditemani dengan kamera kesayangannya. Sekitar pukul 7 pagi kamni dibangunkan oleh anggota Kopassus yang tidak senang dengan keberadaan camp kami. Kami pun disuruh membongkar camp. Setelah segelas kopi, anggota itu pun melunak. Kami justru mengobrol tentang pecinta alam dan pengalamannya perang di Aceh dan Papua.
Tidak lama kemudian ia pamit untuk melanjutkan patrol. Kami juga membereskan camp untuk siap-siap pulang ke Bandung. Setelah makan pagi, kami jalan menuju Pintu Komando. Sekitar 2 jam kemudian kami tiba. Kami naik angkot menuju terminal Parongpong. Dari situ kami naik angkot ke terminal Ledeng dan dilanjutkan dengan angkot caheum ledeng sampai di ITB.

Tidak ada komentar: